Jakarta, mustikatimes.com– Kabar dari PT Telkom (Persero) Tbk setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Mei lalu ternyata “agak buram” nih. (18/6/2025). RUPST itu nunjukkin jelas banget kalau Telkom belum punya cara kaderisasi yang pas.
Padahal, mereka itu perusahaan gede banget, lho, yang katanya kapitalisasi pasarnya sampai Rp 287 triliun! Karena kaderisasinya agak lemah, Telkom akhirnya terpaksa ngambil direktur utama dan satu dari delapan direktur dari luar.
Dian Siswarini, bos baru Telkom, sebelumnya memimpin XL Axiata hampir 10 tahun sebagai Presiden Direktur dan CEO.
Perusahaan itu lalu gabung sama Smartfren jadi XL Smart. Terus, ada juga Seno Soemadji, yang udah kenal banget di dunia telko. Dia jadi direktur strategic portofolio Telkom, diangkat barengan sama Dian.
Kenalan Yuk Sama Dua Bos Baru Telkom Ini!
Dian Siswarini, emang jago banget ngurus operator telko. Dia sukses bikin XL Axiata untung triliunan rupiah beberapa tahun belakangan. Makanya, posisi XL Axiata jadi kuat banget pas proses gabung sama Smartfren, perbandingannya 78:22.
Dian juga semangat banget majuin kaum perempuan, buktinya 30 persen pimpinan manajemen XL Axiata itu perempuan. Dia juga bantu UMKM perempuan biar makin maju lewat bimbingan digitalisasi dari Sisternet.
Seno Soemadji, direktur strategic portofolio Telkom, dulunya EVP dan Head of TechCo di Indosat Ooredoo Hutchison (IOH). Menteri BUMN sendiri yang ngelamar Seno. Soalnya, rekam jejaknya di dunia telekomunikasi nasional emang keren banget.
Dia punya banyak pengalaman soal transformasi teknologi dan manajemen inovasi digital. Harapannya, Seno bisa bikin inisiatif bisnis digital Telkom makin ngebut dan posisi pasar Telkom jadi makin kuat.
Kinerja Telkom Turun, Ada Masalah di Balik Layar
Telkom ini nggak cuma punya masalah kaderisasi. Ternyata, ada juga masalah pengelolaan yang kayaknya kurang oke, meskipun mereka udah gabung di Danantara.
Akibatnya, performa Telkom jadi menurun. Dulu BUMN terbaik kedua setelah Pertamina, sekarang mereka kalah sama Bank Mandiri, BRI, bahkan PLN yang padahal sering rugi.
Pendapatan Telkom di tahun 2024 mencapai Rp 149,9 triliun. Ini naik tipis 0,5 persen dari tahun 2023 yang Rp 149,2 triliun. Nah, dari jumlah itu, Rp 113,5 triliun itu datang dari Telkomsel.
Tapi, pendapatan Telkomsel sendiri di 2023 cuma Rp 102,4 triliun. Ini turun dari tahun 2022 yang nyentuh Rp 113,3 triliun.
Untungnya, Telkomsel dapat tambahan pendapatan dari pengelolaan IndiHome di tahun 2024, lebih dari Rp 26,3 triliun. Ini dari 10,8 juta pelanggan IndiHome.
Sementara itu, jumlah pelanggan Telkomsel secara keseluruhan 159,9 juta. Ngomong-ngomong, ARPU (Pendapatan Rata-rata per Pengguna) Telkomsel sekitar Rp 45.000. Beda banget sama ARPU IndiHome yang nyampe Rp 233.000.
IndiHome Dilepas, Harga Saham Telkom Ikutan Anjlok
Sejak bisnis IndiHome dikasih ke Telkomsel tanggal 1 Juli 2023, Telkom jadi nggak punya direktur consumer lagi. Alasannya, mereka nggak punya pelanggan rumah tangga secara langsung. Sejak IndiHome pindah, harga saham Telkom langsung merosot.
Coba lihat datanya: 27 April 2023, harga saham PT Telkom ada di Rp 4.300. Eh, langsung anjlok jadi Rp 2.740 di Juli 2024, terus turun lagi jadi Rp 2.660 di 11 Juni 2025.
Makanya, salah satu tugas penting direksi Telkom sekarang adalah naikin lagi harga sahamnya sampai Rp 5.000.
Setelah IndiHome lepas, Telkom jadi kayak lemas tak berdaya. Mereka butuh “darah segar” dari luar buat ngurus manajemen.
Padahal, kata pendiri dan mantan direktur Telkomsel, Garuda Sugardo, Telkom punya lebih dari 200 anak dan cucu perusahaan!
Mitratel Untung, Telkomsel Bakal IPO?
Mitratel, salah satu anak perusahaan PT Telkom, berhasil untung gede. Telkom sendiri udah jadi anggota Danantara. Tapi, Telkomsel belum karena statusnya bukan BUMN.
Nah, ada kabar santer nih, katanya Telkomsel bakal dimasukin ke Danantara dan ngadain IPO (Penjualan Saham Perdana).
Telkom dari dulu nolak ide pisahin diri dari Telkomsel. Sekarang, Telkom punya 69,9 persen saham Telkomsel, dari yang awalnya 65 persen. Sisanya, 30,1 persen, punya SingTel setelah IndiHome gabung ke Telkomsel.
Operator Singapura ini seneng-seneng aja sahamnya diturunin dari 35 persen. Bahkan, mereka dapat tambahan duit tunai Rp 2,71 triliun! Kenapa?
Karena mereka sadar banget kekuatan besar IndiHome. Waktu integrasi itu, nilai IndiHome diperkirakan Rp 58,1 triliun (atau sekitar 5,1 miliar dollar AS).
Setelah IndiHome diserahkan pada 2023, Telkom sekarang fokus jadi penyedia jasa B2B (business to business).
Sementara itu, Telkomsel jadi penyedia jasa B2C (business to consumer), yang ngurusin layanan telekomunikasi buat pelanggan rumah tangga.
Pasca-IndiHome, Telkom ngejalanin strategi Five Bold Moves (lima strategi utama). Ini buat maksimalkan peluang pertumbuhan dan penuhi kebutuhan pasar.
Tujuannya, membangun keunggulan kompetitif di tiga pilar bisnis digital mereka: connectivity, digital platform, dan digital services.
Oh iya, sebenarnya ada anak perusahaan PT Telkom yang udah duluan dilepas dan IPO, yaitu PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). Mitratel ini punya dan ngelola lebih dari 39.259 menara yang mereka sewakan.
Selain itu, mereka juga punya 39.714 km serat optik (FO). Setahun setelah IPO, Mitratel sukses meraih pendapatan Rp 9,31 triliun dan laba jumbo, Rp 2,11 triliun.
Telkomsel sekarang bikin Telkom jadi “raja” di industri telekomunikasi. Pangsa pasar Telkomsel nyampe 75 persen di industri.
Terus, labanya juga 75,6 persen dari total laba semua operator (Telkomsel, IOH, dan XL Smart Telecom).
Komentar