Beranda » Mustika » Rebahan for Life, Fenomena Anak Muda Korsel!

Rebahan for Life, Fenomena Anak Muda Korsel!

Banyak anak muda ini termasuk dalam kategori NIT (Not in Education, Employment, or Training), yang berbeda dengan pengangguran biasa karena mereka memang tidak aktif mencari pekerjaan. Data menunjukkan bahwa 5,4% anak muda Korea berusia 25-34 tahun sengaja beristirahat dari dunia kerja, angka ini lebih tinggi dari persentase pengangguran. Jumlah ini meningkat signifikan sebesar 25,4% dari tahun 2023 ke 2024.

Alasan Memilih “Rebahan”:

Kualitas Pekerjaan yang Menurun: Ekspektasi tinggi anak muda terhadap pekerjaan berkualitas tinggi, terutama bagi yang berpendidikan, tidak sesuai dengan ketersediaan pekerjaan. Banyak lulusan universitas berkualitas tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar dan berakhir di perusahaan kecil/menengah dengan gaji lebih rendah dan jaminan kerja yang tidak pasti.

Stigma Pekerjaan Kecil: Anak muda Korea Selatan enggan memulai karir di perusahaan kecil karena dianggap dapat merusak portofolio dan menyulitkan persaingan di pasar kerja yang ketat. Lulusan dari universitas non-ternama juga sering dipandang sebelah mata.

Kehilangan Motivasi: Banyak yang merasa tidak ada pekerjaan yang dapat memenuhi standar upah atau kondisi kerja yang diinginkan (42,9%), sudah mencoba namun tidak berhasil (18,7%), atau merasa kurang memiliki pendidikan/pengalaman yang relevan (13,4%).

Oki Rengga Siap Bikin Ngakak! Catat Tanggal Special Show “KENAPA MARAH?!” di TIM!

Kesehatan Mental: Persaingan akademis yang ketat, ekspektasi sosial, dan tuntutan pasar kerja menyebabkan banyak anak muda merasa tertekan dan kelelahan mental, sehingga memilih untuk mengisolasi diri.

Jam Kerja Panjang: Budaya kerja di Korea Selatan yang dikenal dengan jam kerja sangat panjang menjadi salah satu faktor stres bagi pekerja muda .

Periode istirahat yang berkepanjangan ini dikhawatirkan dapat menyebabkan penarikan permanen dari pasar tenaga kerja, merusak pasokan tenaga kerja di masa depan, dan menambah beban pada sistem kesejahteraan sosial negara. Pemerintah Korea Selatan telah menerapkan berbagai inisiatif seperti layanan ketenagakerjaan dan kebijakan perusahaan ramah kaum muda, namun upaya ini belum sepenuhnya efektif.

Para ahli menyarankan reformasi pasar tenaga kerja, dukungan kesehatan mental, pelatihan kejuruan, dan peningkatan prospek kerja bagi lulusan non-universitas ternama. Masalah ini membutuhkan penyelesaian mendasar, mengingat pentingnya gengsi dan ekspektasi tinggi masyarakat Korea Selatan terhadap pendidikan dan karir sejak usia dini, yang dapat menyebabkan kekecewaan dan dampak mental jika tidak tercapai.

Sangat berbeda sekali ya, dengan yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia agenda Job Fair cuma untuk formalitas. Mencari kerja sangat susah, dengan kualifikasi tingkat dewa, sedangkan upah seminimalis mungkin.

Jaminan Cuan! Intip Jurusan Kuliah Paling Gacor Dengan Gaji Ngeri

Facebook Comments Box