Beranda » Mustika » Rayakan Idul Adha dengan Cara Unik! Intip 11 Tradisi Khas di Berbagai Daerah Indonesia

Rayakan Idul Adha dengan Cara Unik! Intip 11 Tradisi Khas di Berbagai Daerah Indonesia

mustikatimes.com- Idul Adha selalu menjadi momen yang umat Muslim di Indonesia nanti-nanti. Selain hari raya kurban yang penuh berkah, di mana kita berbagi daging sapi atau kambing untuk yang membutuhkan, hari besar ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan rasa sayang dan kepedulian sosial.

Namun, perlu Anda tahu, Idul Adha tidak hanya tentang kurban. Faktanya, di berbagai pelosok Indonesia, kita menemukan banyak tradisi Idul Adha yang unik dan meriah!

Tradisi-tradisi ini bukan cuma ekspresi syukur, tetapi juga cara masyarakat mempererat tali silaturahmi dan semangat kebersamaan. Lantas, penasaran tradisi apa saja yang membuat Idul Adha makin semarak? Yuk, intip daftarnya!

Kode Redeem FF Hari Ini 28 Juli 2025, Klaim Skin & Bundle Gratis!

1. Meugang di Aceh: Pesta Daging Bersama Keluarga!

Jika Anda berada di Aceh saat Idul Adha, Anda pasti akan menjumpai tradisi seru bernama Meugang. Tradisi yang sudah ada ratusan tahun ini membuat warga Aceh berkumpul dan makan bersama daging sapi atau kerbau yang mereka olah dengan berbagai masakan lezat. Tidak heran, pedagang daging pun ramai menjajakan dagangannya menjelang hari raya.

Meugang ini dulunya warisan dari kerajaan Aceh, lho. Dahulu kala, mereka memotong hewan kurban dan membagikan dagingnya gratis sebagai simbol kemakmuran.

Oleh karena itu, sampai sekarang, masyarakat terus melestarikan Meugang sebagai wujud syukur dan sukacita menyambut hari raya Islam.

Puisi Riva F. Firdaus: Mazmur Dari Tanah Yang Dijual Demi Fiskal

2. Apitan di Semarang: Syukuran Hasil Bumi yang Meriah

Di Semarang, masyarakat merayakan Idul Adha dengan tradisi Apitan. Ini adalah cara mereka bersyukur atas rezeki melimpah dari Tuhan, terutama hasil bumi.

Biasanya, ada doa bersama, kemudian mereka melanjutkan dengan pawai hasil pertanian dan ternak. Yang unik, warga akan berebutan mengambil hasil tani yang mereka arak, lho!

Konon, tradisi Apitan ini berasal dari kebiasaan para Wali Songo. Selain gunungan hasil tani, ada juga hiburan lokal yang membuat suasana makin ramai. Pasti seru banget deh menontonnya!

Pandeglang: Dari Kabupaten Wisata Menjadi Kabupaten Limbah?

3. Grebeg Gunungan di Yogyakarta: Rebutan Berkah dari Keraton

Mirip dengan Apitan di Semarang, di Yogyakarta ada Grebeg Gunungan. Bedanya, tradisi ini melibatkan arak-arakan hasil bumi dari Keraton ke Masjid Gede Kauman. Menariknya, tiga gunungan besar tersusun dari berbagai sayuran dan buah-buahan.

Masyarakat mengadakan tradisi ini rutin setiap hari besar Islam, termasuk saat Idul Adha (Grebeg Gunungan). Warga percaya kalau mereka bisa mendapatkan hasil bumi dari gunungan itu, rezeki mereka akan lancar!

4. Manten Sapi di Pasuruan: Sapi Kurban Didandani Kayak Pengantin!

Nah, kalau di Pasuruan ada tradisi super unik namanya Manten Sapi. Ini adalah cara masyarakat menghormati hewan kurban. Mereka mendandani sapi yang akan disembelih cantik banget kayak pengantin, lengkap pakai bunga tujuh rupa, kain kafan, serban, sampai sajadah! Sebagai informasi, kain kafan di sini melambangkan kesucian si pengurban.

Setelah mereka hias, sapi-sapi ini diarak ke masjid untuk diserahkan kepada panitia kurban. Yang membuat makin spesial, panitia mengolah dagingnya nanti dan dinikmati bersama, menciptakan suasana kebersamaan yang makin terasa.

5. Gamelan Sekaten di Cirebon: Syiar Islam Lewat Alunan Musik

Di Cirebon, masyarakat merayakan Idul Adha dengan tradisi Gamelan Sekaten. Tradisi ini dipercaya sebagai bagian dari dakwah Sunan Gunung Jati, lho. Oleh karena itu, setiap Idul Fitri dan Idul Adha, alunan gamelan khas akan terdengar di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon, tanda bahwa masyarakat Muslim Cirebon sedang merayakan hari kemenangan. Gamelan ini mulai dimainkan sesaat setelah Sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.1

6. Mepe Kasur di Banyuwangi:2 Jemur Kasur Buat Tolak Bala

Banyuwangi tidak hanya memiliki alam yang indah, tetapi juga tradisi khas saat Idul Adha, yaitu Jemur Kasur atau Mepe Kasur. Suku Osing di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi, melestarikan tradisi ini.

Acara dimulai dengan Tari Gandrung, kemudian semua warga kompak menjemur kasur mereka di depan rumah dari pagi sampai sore. Kasur-kasur ini memiliki warna khas: hitam dan merah.

Hitam melambangkan kekekalan, sedangkan merah melambangkan keberanian. Masyarakat percaya tradisi ini bisa menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga.

7. Accera Kalompoang di Gowa: Bersih-bersih Pusaka Kerajaan

Di Gowa, Sulawesi Selatan, ada tradisi sakral banget bernama Accera Kalompoang. Mereka melaksanakan tradisi ini selama dua hari berturut-turut, mulai sehari sebelum Idul Adha dan berlanjut di hari H.

Pada dasarnya, ini adalah upacara resmi pembersihan benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa yang mereka lakukan di Istana Raja Gowa atau Rumah Adat Balla Lompoa.

Selain itu, tradisi ini juga berfungsi untuk mempererat hubungan antara keluarga kerajaan dan pemerintah setempat.

8. Toron dan Nyalase di Madura: Pulang Kampung dan Ziarah Leluhur

Masyarakat Madura punya kebiasaan unik saat Hari Raya Idul Adha. Mereka yang bekerja atau tinggal di luar daerah akan kembali ke kampung halaman mereka (istilahnya “toron”). Nah, setelah “toron”, mereka juga menjalankan tradisi nyalase, yaitu ziarah ke makam leluhur untuk mendoakan mereka.

Mereka biasanya melakukan Nyalase usai pelaksanaan salat Idul Adha. Jelasnya, tradisi ini menampilkan kuatnya ikatan kekeluargaan dan penghormatan terhadap leluhur dalam budaya masyarakat Madura.

9. Ngejot di Bali: Berbagi Antar Umat Beragama

Bali memang terkenal dengan toleransi beragamanya. Di sana, perbedaan keyakinan justru menginspirasi terciptanya tradisi penuh makna, salah satunya Ngejot. Ini adalah tradisi berbagi makanan, minuman, dan buah-buahan dari umat Muslim kepada tetangga non-Muslim mereka saat hari raya penting,

termasuk Idul Adha. Masyarakat mewariskan tradisi Ngejot secara turun-temurun di Bali dan terus melestarikannya hingga kini.

10. Kaul Negeri dan Abda’u di Maluku Tengah: Ritual Tolak Bencana

Warga Negeri Tulehu di Maluku Tengah mempertahankan tradisi Kaul Negeri dan Abda’u yang khas. Ritual ini dimulai setelah shalat Idul Adha, di mana pemimpin adat dan agama membawa tiga ekor kambing dengan kain sebagai simbol keberkahan.

Mereka berjalan mengelilingi desa sambil mendoakan dan mengucapkan3 takbir menuju masjid sebelum proses penyembelihan dimulai setelah Ashar. Singkatnya, perayaan yang telah diwariskan turun-temurun ini bertujuan untuk mengusir bencana dan memohon perlindungan kepada Tuhan.

11. Gamelan Sekaten di Surakarta:4 Harmoni Musik Penuh Makna

Mirip dengan yang ada di Cirebon, Gamelan Sekaten di Surakarta juga menjadi tradisi penting saat Idul Adha. Ini menunjukkan pengaruh kuat Wali Songo dalam budaya Jawa.

Selain itu, Gamelan ini juga dimainkan saat Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Khususnya pada perayaan Idul Adha, musik gamelan dimulai setelah salat Idul Adha selesai.

Acara ini terbuka untuk umum, sehingga sangat cocok untuk Anda masukkan ke dalam agenda liburan di Surakarta. Para penonton Gamelan Sekaten sering kali mengunyah kinang, karena mereka percaya hal ini akan memberikan umur panjang sehingga mereka bisa terus menyaksikan tradisi ini setiap tahunnya.5

Wah, banyak banget ya tradisi Idul Adha yang membuat kita makin bangga sama budaya Indonesia. Jadi, mana nih tradisi yang paling membuat Anda penasaran? Yuk, rayakan Idul Adha dengan penuh semangat dan kebersamaan!

Artikel Terkait