JAKARTA, MUSTIKATIMES.COM– Di dunia Public Speaking. Martin Luther King Jr., Socrates, John F. Kennedy, dan bahkan Adolf Hitler memiliki satu persamaan selain telah meninggal dunia: mereka dikenal sebagai public speaker terbaik sepanjang masa.
Kemampuan berbicara efektif di depan umum menjadi kunci kesuksesan banyak individu. Kali ini, kita akan membagikan tips dan trik jitu untuk menguasai seni public speaking agar suara Anda didengar.
Berbicara merupakan kemampuan dasar setiap orang, tetapi tidak semua orang mampu berbicara dan didengar secara bersamaan. Public speaking adalah seni atau ilmu yang memungkinkan kita berbicara dan memastikan lawan bicara mendengarkan.
Disini kita akan memberikan panduan praktis untuk menjadi public speaker yang baik. Bagaimana Anda menggunakan kemampuan ini nantinya, entah untuk hal positif atau hal lain, sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu.
Kendalikan Rasa Gugup: Persiapan Matang Kunci Utama
Kendala paling umum yang sering para pembicara hadapi adalah kekhawatiran yang muncul di kepala mereka sendiri.
Sebelum berbicara di depan umum, banyak yang sudah membayangkan skenario terburuk, seperti gagap, informasi tidak tersampaikan, atau bahkan bencana alam tiba-tiba.
Choki Pardede menekankan pentingnya mengendalikan diri dan memahami bahwa kekhawatiran ini seringkali tidak beralasan dan hanya ada dalam pikiran sendiri.
Ia juga menjelaskan bahwa rasa gugup atau takut sebenarnya sehat. Rasa takut menunjukkan kepedulian terhadap hasil public speaking, sekaligus menjadi benchmark bahwa hal yang akan kita lakukan itu penting.
“Jangan hilangkan rasa takutnya, tapi kelola hingga ia menjadi manfaat bagi kita,” ujar Choki.
Sebagai contoh, Choki Pardede membutuhkan rasa takut sebelum tampil stand-up atau presentasi. Jika rasa takut atau grogi itu tidak ada, biasanya penampilannya tidak maksimal.
Cara mengelola rasa takut:
Lakukan persiapan matang. Kuasai materi secara menyeluruh dan lakukan latihan berulang kali. Keyakinan terhadap materi akan meminimalkan rasa takut yang muncul saat Anda berada di panggung.
Jangan panik jika mengalami reaksi tubuh seperti mual, berkeringat, atau sering ke toilet sebelum tampil.
Ini merupakan reaksi normal tubuh terhadap rasa takut, kecuali jika gejalanya berlebihan dan memerlukan pemeriksaan dokter. Intinya, rasa takut adalah hal normal dan jangan hilangkan sepenuhnya, tetapi gunakan untuk memicu rasa tanggung jawab terhadap presentasi Anda.
Pahami Audiens Anda: Gunakan Bahasa yang Tepat
Saat berpresentasi atau public speaking, sangat penting untuk mengingat kepada siapa Anda berbicara. Setiap jenis audiens memiliki gaya bahasa yang paling dekat dengan mereka.
“Kita tidak mungkin berbicara dengan bahasa gaul ala Jakarta Selatan di depan petani, atau sebaliknya,” kata Choki.
Pahami siapa target audiens Anda dan gunakan istilah-istilah yang mereka pahami. Jangan tergoda menggunakan istilah canggih hanya untuk membuat orang terkesan, karena justru bisa membuat audiens tidak mengerti. Jika Anda presentasi di depan mahasiswa, gunakan bahasa mahasiswa.
Poin pentingnya: pahami siapa lawan bicara dan target audiens Anda, lalu gunakan istilah yang akrab bagi mereka.
Jadilah Diri Sendiri dan Responsif Terhadap Situasi
Setelah menguasai materi dan memahami audiens, langkah selanjutnya adalah jadilah diri sendiri.
Pengalaman menunjukkan bahwa orang cenderung lebih terlibat saat berbicara dengan manusia lain, bukan robot. Jika Anda berbicara dengan nada monoton atau terlalu kaku, interaksi dan daya tarik cerita akan berkurang.
Jadilah otentik agar audiens membeli personality Anda, informasi tersampaikan, dan tujuan public speaking tercapai.
Saat berpresentasi, jangan terlalu kaku. Anda bisa menyisipkan humor atau merespons kejadian yang terjadi secara spontan (on the spot). Dalam teknik komedi, ini dikenal sebagai
“membahas elephant in the room“. Ini berarti Anda harus peka terhadap lingkungan sekitar saat public speaking.
Contoh responsif terhadap situasi:
Misalnya, saat presentasi penyuluhan ASI di depan ibu-ibu hamil, tiba-tiba ada anak kecil menangis. Anda bisa mengatasinya, misalnya dengan menyarankan
“Ibu, bayinya bisa dibawa keluar dulu mungkin,” atau “Wah, Bayinya menangis, kita berhenti dulu sampai gangguan selesai.” Ini menunjukkan fleksibilitas dan tidak kaku.
Untuk menghadapi situasi dinamis, Choki Pardede menyarankan untuk mencatat kemungkinan-kemungkinan kejadian yang bisa terjadi saat presentasi. Buat mitigasinya.
Contohnya, jika presentasi di depan mahasiswa, pertimbangkan kemungkinan dosen datang atau sound system rusak. Siapkan responsnya. J
ika berbicara dengan ibu-ibu membawa anak dan ada yang menangis, pikirkan bagaimana mitigasinya. Jadi, jangan terlalu kaku, responsiflah terhadap lingkungan, dan tetap menjadi diri sendiri.
Perhatikan Struktur Materi dan Intonasi Suara
Saat presentasi atau public speaking, ada dua hal penting terkait penyampaian materi:
- Setia pada Tema dan Poin Utama: Jangan sampai melenceng dari topik utama yang sedang Anda bahas. Hindari menceritakan kisah hidup yang tidak relevan, seperti yang sering terjadi pada beberapa pengajar.
- Intonasi Kata: Hindari intonasi monoton. Intonasi yang datar membuat penonton mudah mengantuk dan tujuan komunikasi gagal tercapai. Tidak perlu berlebihan, gunakan intonasi sewajarnya agar audiens tetap terjaga. Jika audiens mulai mengantuk, tingkatkan sedikit intonasi atau lakukan eye contact.
Mengenai eye contact, Choki Pardede berbagi tips unik: jangan menatap langsung ke mata penonton terlalu lama. Coba tatap titik di antara mata mereka.
Ini menciptakan kesan eye contact tanpa membuat penonton merasa tidak nyaman, terutama jika Anda seorang pria dan audiensnya wanita muda. Kesadaran akan lingkungan ini penting.
Kunci Sukses: Latihan, Latihan, dan Latihan!
Semua tips public speaking tadi bisa menjadi percuma jika Anda tidak pernah berlatih. Kuncinya adalah latihan.
Anda bisa mempersiapkan dan menguasai materi dengan berbicara di depan cermin. Ini mungkin terdengar kuno, tetapi berbicara berulang kali di depan cermin sangat membantu Anda menjadi public speaker yang baik.
Choki Pardede menutup dengan sebuah pemikiran kuat: Anda mungkin hebat dalam fisika, matematika, atau ilmu tertentu lainnya, dan itu bagus.
Namun, orang yang sukses seringkali adalah orang yang jago berbicara. Ia mencontohkan, bos Einstein bukan ahli fisika, tetapi jago berbicara.
Pada akhirnya, yang dapat membawa kita jauh bukan hanya keilmuan itu sendiri, tetapi bagaimana kita mampu menyampaikan apa yang ada di pikiran kita kepada orang lain.