Opini Religi
Beranda » Mustika » Puisi ‘Sujud Terakhir’ – Pdg Berpeci

Puisi ‘Sujud Terakhir’ – Pdg Berpeci

BLORA, MUSTIKATIMES.COM

malam itu bumi bergetar

bukan karena hujan

Ketika Empati Hilang dari Sekolah: Luka Moral dari SMPN 1 Blora

tapi karena luka yang sudah terlalu lama ditahan

 

di lereng yang dulu hijau

Digitalisasi dari Desa: Gerakan Libur Ceria Mahasiswa KKN di Parung

akar – akar dipaksa tercerabut

pohon – pohon ditebang tanpa ampun

dan rakus menjelma menjadi kebijakan

Boikot dan Tamparan: Ketika Media dan Pendidikan Jadi Sorotan Publik

yang mengabaikan sungai

 

di rumah kecil di tepi musola

ia bersujud –

seorang hamba yang  tak pernah tahu

bahwa do’a terakhirnya

akan tenggelam bersama tanah yang

hilang penopangnya

 

deras turun dari bukit

membawa balak, ranting, dan keserakahan

yang telah ditebar tangan – tangan berkuasa.

lumpur itu bukanlah sekedar lumpur,

itu ialah dosa yang mengalir turun

menyapu apapun yang tak sanggup melawan

 

ketika dinding musola dan rumah runtuh

dan bumi runtuh bersama langit,

ia tetap menunduk,

setelah ingin mempertahankan

satu – satunya kesucian

yang belum di rampas dari desanya,

 

arus menyeret tubuhnya

namun tidak menyeret sujudnya

sujud itu tertinggal

tersimpan di dalam tanah yang mengingat

bahwa dialah hamba yang paling setia

dalam malam yang paling kelam.

 

orang – orang menemukannya esok hari,

diam dalam pelukan lumpur

yang bukan milik alam semesta

melainkan milik keserakahan manusia

yang menjual hutan demi kantongnya sendiri

 

dan kami tahu –

banjir malam itu bukan musibah biasa

tetapi terakan bumi

atas pohon – pohon yang dibunuh tanpa ampun

 

ia pergi dalam sujud,

sementara para rakus teta berdiri

meningkalkan jejak yang lebih kejam

daripada arus manapun

Artikel Terkait