Jakarta, mustikatimes.com– Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, optimis dengan daya saing produk Indonesia di pasar global. AS memang memberlakukan tarif impor 32%, namun Agus melihat produk Indonesia justru lebih unggul pada, 10 Juli 2025.
Banyak negara lain menghadapi tarif yang jauh lebih tinggi dari AS. Ini menunjukkan industri manufaktur Indonesia siap menghadapi tantangan perdagangan internasional.
Keunggulan Kompetitif Produk Unggulan Indonesia
Agus menyoroti beberapa sektor kunci. Misalnya, produk tekstil dan alas kaki kita, ia yakini, jauh lebih kompetitif dari Bangladesh. AS mengenakan tarif impor 35% untuk Bangladesh. Jelas, ini memberi produsen Indonesia keuntungan 3%. Ruang gerak mereka pun lebih luas dalam penetapan harga dan penetrasi pasar.
Selain itu, makanan olahan Indonesia juga diprediksi akan unggul bersaing dengan Thailand. AS akan menerapkan tarif 36% untuk makanan olahan Thailand, sementara Indonesia hanya 32%. Alhasil, selisih 4% ini menjadi modal penting bagi ekspor makanan olahan Indonesia merebut pangsa pasar AS.
Data ini menunjukkan, kebijakan tarif AS tidak menghentikan laju ekspor Indonesia. Justru, ada celah yang bisa kita manfaatkan.
Komitmen Kemenperin: Dukung Transformasi dan Inovasi
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyadari tantangan dan peluang ini. Mereka berkomitmen penuh mendampingi pelaku industri. Ini bukan janji, melainkan strategi jangka panjang untuk daya tahan industri Indonesia.
Kemenperin akan memfasilitasi kebutuhan industri, meliputi akses permodalan, penguasaan teknologi, dan peningkatan SDM.
Fokus utama Kemenperin adalah mendorong transformasi dan inovasi. Dalam konteks ekonomi berkelanjutan, mereka mendorong industri mengadopsi praktik produksi ramah lingkungan, efisien, dan berorientasi jangka panjang.
Ini termasuk implementasi Industri 4.0 yang diharapkan meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara signifikan.
Langkah strategis ini menunjukkan pemerintah tidak pasif menerima kebijakan tarif. Sebaliknya, mereka proaktif mencari cara agar produk Indonesia tetap jadi pilihan utama di pasar internasional.
Dengan dukungan Kemenperin, industri Indonesia diharapkan tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Indonesia pun bisa menjadi pemain kunci dalam rantai pasok global.
Komentar