Beranda » Mustika » Prahara Sepak Bola Thailand: Klub Memberontak Nasib Madam Pang Terancam

Prahara Sepak Bola Thailand: Klub Memberontak Nasib Madam Pang Terancam

Jakarta, mustikatimes.com– Kancah sepak bola Thailand sedang bergejolak. Timnas Thailand terpuruk, dan kekalahan mengejutkan 3-1 dari Turkmenistan di Ashgabat menjadi alarm keras.

Turkmenistan, yang dulu sering jadi “kambing guling” Timnas Indonesia, kini berhasil menghajar Thailand.

Di dalam negeri, rumah tangga sepak bola Thailand berada di ujung tanduk. Mungkin dari luar, sepak bola Thailand terlihat tanpa masalah.

Liga mereka menjadi lokomotif liga-liga di Asia Tenggara, tanpa tragedi besar atau masalah gaji pemain yang menunggak.

Namun, citra itu ternyata mulai menunjukkan keretakan. Presiden Federasi Sepak Bola Thailand (FAT), Nualphan Lamsam, akrab disapa Madam Pang, kini menghadapi “percikan api perselingkuhan” yang muncul dari dalam.

Kecoa dan Bitcoin: Kalau Dunia Kena Nuklir, Cuma Mereka yang Bertahan

Bagaimana api itu muncul, dan mampukah Madam Pang mengembalikan sepak bola Thailand ke jalurnya?

Klub Thailand Ingin Memisahkan Diri: Awal Mula Gejolak

Gejolak muncul ketika sejumlah perwakilan klub berkumpul di ruang rapat BG Stadium, markas BG Pathum United, di distrik Thanyaburi.

Pertemuan ini 15 perwakilan klub dari Thai League 1 hadiri (hanya Nakhon Ratchasima Mazda FC absen). Jelas, pertemuan ini tidak mendapat persetujuan FAT.

Pertemuan itu tidak membahas penggantian Wakil Presiden, melainkan rencana memisahkan diri dari Federasi Sepak Bola Thailand. Ini merupakan pertemuan lanjutan setelah pertemuan pertama pada 5 Mei lalu.

Tak disangka, 11 dari 15 klub yang hadir sepakat memisahkan diri dari federasi. Hanya Police Tero FC dan Rayong FC abstain, sedangkan Muangthong United dan True Bangkok United memilih tidak memberikan suara.

Ador Buka Audisi Global untuk Boy Group Baru, Jakarta Salah Satu Kota Tujuan!

Alasan di Balik Keinginan Berpisah: Monopoli Pendapatan FAT?

Mengapa 11 klub memilih keluar dari federasi? Persoalan di sepak bola Thailand datang seperti badai di musim dingin.

Kekalahan telak dari Turkmenistan mungkin hanya salah satu bukti turbulensi performa. Jika melihat lebih dalam, ada luka besar yang menganga. Klub-klub Thailand sepertinya mulai habis kesabaran pada federasi.

Mereka menganggap FAT memonopoli sumber pendapatan dari kompetisi domestik. Klub-klub merasa FAT yang mengelola hak siar dan aliran pendapatan lainnya tidak memberi pemasukan cukup.

Apalagi setelah situasi tawaran hak siar lesu belakangan ini. Atas dasar itu, klub ingin lepas dari FAT agar mereka bisa mengelola sendiri pendapatan hak siar.

Selain itu, dengan memisahkan diri dari FAT, klub-klub yakin dapat mengontrol langsung operasi komersial mereka, serta memperoleh pendapatan klub lebih besar.

Muhammad Hadiid Al-Yasa Kecam Keras Ucapan PLH Disdikbud Banten

Ide ini memang terdengar sangat visioner, bahkan lebih modern seperti tim-tim Premier League. Namun, setiap ide pasti memiliki celah.

Celah di Balik Rencana Pemisahan: Perusahaan Operator Liga & Pembagian Saham

Mari kita bedah pelan-pelan. Seperti di Indonesia atau liga-liga elit Eropa (Inggris, Italia, Spanyol, Jerman), kompetisi domestik tidak sepenuhnya federasi kelola.

Ada perusahaan ketiga yang mengelola. Di Inggris, Richard Masters mengelola Premier League, dan Trevor Birch mengelola EFL (liga di bawah Premier League).

Di Jerman ada Bundesliga, Spanyol punya La Liga, dan di Indonesia ada PT Liga Indonesia Baru. Thailand pun demikian, Thai League Company Limited mengoperasikan Liga Thailand.

Menariknya, Somyot Poompanmoung, mantan ketua FAT sebelum Madam Pang, yang juga pernah tersandung berbagai kasus, mendirikan perusahaan ini. FAT kini memegang Thai League Company.

Pemisahan yang 11 klub maksud bukan berarti berpisah secara fisik, melainkan perkara pembagian saham. Sederhananya, 11 klub ingin mengurangi porsi saham FAT di Thai League Company dari 99% menjadi hanya 30%. Jadi, klub yang akan menjadi pemegang saham mayoritas, bukan federasi.

Konsep ini mirip dengan klub-klub Premier League yang memegang saham mayoritas di perusahaan yang Richard Masters kelola.

Jika FAT hanya mendapat bagian 30%, mereka tidak dapat mengambil keputusan. Klub bisa membuat keputusan sendiri tanpa perlu persetujuan dari federasi.

Menurut laporan media Thailand Thai PBS, pemisahan ini nantinya akan membuat FAT hanya mengelola Liga 2 dan Liga 3. Jika itu terjadi, FAT akan kesulitan mencari pendanaan, sebab selama ini Thai League 1 menarik sponsor.

Jika sponsor tak kunjung masuk, uang dukungan untuk Thai League 2 dan 3 akan menurun atau bahkan tersendat. Akibatnya, perputaran uang dalam semusim akan terganggu.

FAT Terjerat Utang: Respon Madam Pang Terhadap Tuntutan Klub

Dampak lainnya, ekonomi FAT akan semakin kelimpungan. Mengapa? Karena FAT kini bergelut dengan utang. Mereka masih berusaha keluar dari jeratan utang senilai ratusan miliar kepada Siam Sport Syndicate.

Usulan klub sudah sampai ke dewan direksi, termasuk ke meja Madam Pang. Apa yang Madam Pang lakukan? Presiden FAT itu menolak usulan tersebut.

Ia juga membantah pertemuan di BG Stadium adalah upaya klub-klub membelot dari FAT. Menurut Madam Pang, pertemuan itu hanya membahas kelanjutan hak siar, seperti yang Khaosod laporkan.

Nualphan Lamsam menyebut berita bahwa klub-klub Thai League 1 akan berpisah dari FAT adalah berita bohong. Madam Pang berpendapat, jika klub-klub mendirikan perusahaan yang mengelola Thai League 1, sistem dan modelnya tidak jelas.

Terkait tuduhan federasi memonopoli pendapatan, Madam Pang memastikan hal itu tidak terjadi. Pihaknya sama sekali tidak mengambil uang. Sebaliknya, FAT telah membayar uang dukungan ke setiap liga tepat waktu.

Bahkan, Madam Pang menjamin 100% dana untuk tim di Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 Thailand di tengah krisis finansial dan jeratan utang.

Ia juga memastikan setiap liga mendapat jatah hak siar masing-masing: Liga 1 Thailand senilai 15 juta baht, Liga 2 memperoleh 4 juta baht, dan Thai League 3 akan mendapatkan 1,25 juta baht.

Madam Pang menyatakan ini mereka lakukan demi membawa Liga Thailand ke puncak.

Ironi: Ide Madam Pang yang Dulu Ditunda

Cukup aneh di sini, Madam Pang berdalih pemisahan pengelolaan liga oleh klub-klub dari Liga 1 Thailand adalah rencana yang modelnya tidak jelas, padahal ide ini justru berasal darinya.

Gagasan ini bukan baru-baru ini muncul, melainkan sudah ada sejak 2023. Nualphan Lamsam adalah salah satu penggagasnya saat itu.

Madam Pang, yang juga pemilik Port FC, bersama Newin Chidchob (pemilik Buriram United) dan Pavin Bhirompakdi (Presiden BG Pathum United) mengusulkan ide tersebut ketika Liga Thailand tak kunjung mendapatkan hak siar.

Akan tetapi, seperti MGR Online kutip, rencana ini ditangguhkan setelah Nualphan Lamsam menjadi presiden federasi sepak bola Thailand.

Kini, situasinya cukup rumit, bukan? Rasanya ini lebih rumit dan kacau daripada sepak bola Indonesia. Bagaimana pendapat Anda?

Facebook Comments Box