Tangerang, mustikatimes.com– Muhammad Hadiid Al-Yasa, Bendahara Korps Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah Nasional (KM3NAS) DPP IMM, langsung buka suara terkait omongan Bapak Lukman Pelaksana Harian (PLH) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten. (16/6/25).
Sebelumya, Lukman yang menjabat sebagai PLH Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten menyebut warga Kota Tangerang “kampungan” dan “gaptek.” Pada 13 Juni 2025 lalu.
Selain kecewa, Hadiid Al-Yasa merasa prihatin dan menyesalkan atas ucapan Pak Lukman. “Kan beliau ini pejabat publik, apalagi di pendidikan,” kata Hadiid.
“Harusnya Pak Lukman jadi contoh dalam bicara yang sopan dan mendidik.” Menurut Hadiid, omongan itu menyakiti hati warga Kota Tangerang. Itu juga menunjukkan kegagalannya memahami tugas pelayanan publik secara adil.
Transformasi Digital Butuh Empati, Bukan Nyinyir!
Hadiid Al-Yasa menekankan pentingnya digitalisasi. Namun, pendekatannya harus pakai hati, dengan pemahaman dan edukasi. “Masyarakat tidak bisa langsung disalahkan,” jelasnya.
“Apalagi jika mereka belum sepenuhnya mengerti sistem digital yang baru ini.” Tegasnya dengan ekspresi serius.
Ia menilai, ucapan Pak Lukman bukan sekadar nyinyir biasa. Itu menunjukkan mental “sok paling tahu” di kalangan pejabat pendidikan. “Kita harus mengkritik mental ini,” ujar Hadiid.
“Kalau tidak ada klarifikasi resmi dan permintaan maaf terang-terangan, wajar publik mempertanyakan kelayakan beliau memimpin dinas pendidikan provinsi.” tambahnya.
KM3NAS DPP IMM mendukung semua gerakan mahasiswa dan masyarakat. Mereka boleh menuntut pertanggungjawaban, asal caranya damai dan berwibawa. Itu harus menjaga tata krama publik.
“Semoga kejadian ini jadi pelajaran penting bagi semua pejabat publik,” lanjut Muhammad Hadiid Al-Yasa.
“Mereka perlu lebih hati-hati kalau berbicara dan bertindak. Mereka juga harus selalu menjaga kepercayaan masyarakat dalam setiap kebijakan yang dibuat.” pungkasnya.