SURABAYA, MUSTIKATIMES.COM – Isu tentang sound horegg kerap memicu perdebatan di masyarakat. Sebagian menganggapnya sebagai hiburan yang memekakkan telinga, sementara yang lain memandangnya sebagai bagian dari budaya yang unik dan meriah. Kami berkesempatan mengobrol langsung dengan salah satu operator sound horegg, Mas Memet dari tim Brewo Audio, untuk meluruskan beberapa miskonsepsi yang beredar.
Mas Memet, seorang operator dengan julukan unik “kuping bajang”, berbagi kisahnya tentang dedikasinya di balik suara bass yang menggetarkan. Ia mengaku sering tidak tidur hingga tiga hari berturut-turut demi menyiapkan sound yang sempurna untuk acara karnaval atau hajatan. Namun, ia menegaskan bahwa itu bukanlah hal yang ekstrem.
“Sebenarnya ya tidur, Mas,” ujarnya. “Kami memang begadang untuk set up dan check sound sampai larut malam, tapi setelah itu istirahat. Rekor saya memang tiga hari tidak tidur sama sekali, tapi itu karena perjalanan jauh, bukan karena mengoperasikan sound terus-menerus.”
Sound Horegg, Bukan Jin Penunggu Perumahan
Salah satu mitos yang paling santer beredar adalah bahwa sound horegg bisa muncul tiba-tiba di tengah perumahan, mengganggu ketenangan warga. Mas Memet membantah tegas hal ini.
“Kami bukan jin yang bisa tiba-tiba muncul. Sound horegg itu selalu diundang,” jelasnya. “Biasanya kami diundang untuk acara-acara khusus seperti karnaval, syukuran, atau sedekah bumi di kampung.”
Ia menambahkan, sebelum acara dimulai, timnya selalu berkoordinasi dengan panitia dan warga sekitar. Jika ada warga yang sedang sakit, mereka akan diminta untuk mengungsi sementara ke rumah keluarga.
“Ini bentuk tanggung jawab kami. Warga yang merasa terganggu bisa diungsikan agar mereka tetap nyaman,” kata Mas Memet. “Kami sangat taat aturan. Bahkan jika ada kerusakan seperti kaca pecah atau genteng jatuh, panitia akan langsung menggantinya. Warga justru senang karena jadi bisa merenovasi rumah gratis!”
Biaya dan Jangkauan: Bukan Hiburan Kelas Bawah
Mas Memet juga memberikan gambaran tentang biaya yang diperlukan untuk menyewa satu unit sound horegg. Untuk satu truk penuh dengan sound system, biayanya bisa mencapai Rp20 juta hingga Rp30 juta. Jika ingin membeli satu paket lengkap, harganya bisa tembus Rp2 miliar, sudah termasuk truk, genset, dan pencahayaan.
“Ada yang bilang ini hiburan kelas bawah, padahal harga satu paketnya saja bisa dua miliar,” kata Mas Memet sambil tertawa. “Hiburan kelas bawah mana yang harganya semahal itu?”
Sound horegg juga sudah menjangkau daerah-daerah di luar Jawa. Mas Memet menyebutkan bahwa timnya pernah mengirimkan satu paket sound system lengkap ke Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kolaborasi dan Kreativitas di Balik Panggung
Mas Memet menjelaskan bahwa lagu-lagu yang diputar tidak dibuat sembarangan. Brewok Audio bahkan memiliki tim remixer sendiri. Namun, untuk acara karnaval, lagu-lagu biasanya disuplai oleh penyewa.
“Mereka biasanya latihan koreografi, jadi mereka sudah punya lagu sendiri. Kami hanya menyeimbangkan suaranya,” tuturnya dalam Podcast di Channel Youtube Tretan Muslim.
Fenomena sound horegg juga melahirkan sosok-sosok unik, seperti Icel Celo, seorang dancer yang sering tampil di berbagai acara sound horegg. Ia menegaskan bahwa Icel Celo hanyalah dancer yang diundang, bukan bagian dari timnya.
Meski sound horegg sering dituduh sebagai penyebab gangguan kesehatan, Mas Memet dengan santai menepisnya. Ia mengaku selama tujuh tahun menjadi operator, pendengarannya tetap aman. Menurutnya, keluhan yang muncul seringkali disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang budaya sound horegg itu sendiri.
Mas Memet mengakhiri obrolan dengan berpesan, jika ingin mengundang sound horegg, pastikan untuk berkoordinasi dengan warga sekitar dan pihak berwajib agar acara berjalan lancar dan semua pihak merasa senang.
Jika Anda tertarik untuk mengundang Brewo Audio, Anda bisa langsung cek akun media sosial mereka. Sudah siap merasakan getaran sound horegg di kampung Anda?
