TOKYO, mustikatimes.com – Sony, raksasa Jepang yang kini jadi jagoan hiburan, punya gebrakan baru! Kamis besok, mereka akan umumkan strategi pemisahan unit keuangannya menjadi perusahaan sendiri. Investor menyambut baik langkah ini sebagai awal babak baru transformasi Sony.
Dulu, orang kenal nama merk tersebut dari elektronik rumah tangga. Tapi kini, penjualan mereka didominasi hiburan lebih dari 60%! Uniknya,
rencana pemisahan divisi keuangan ini datang hanya empat tahun setelah Sony mengambil alih penuh bisnis tersebut senilai $3,7 miliar.
Para petinggi perusahaan akan membahas spin-off dan strategi pertumbuhan unit keuangan ini di acara investor day Kamis nanti.
Strategi Spin-off Sony: Lebih Transparan, Lebih Efisien
Sony berencana membagikan lebih dari 80% saham Sony Financial Group (yang meliputi perbankan dan asuransi) kepada para pemegang saham melalui dividen.
Ini bukan pemisahan biasa! Ini adalah spin-off parsial pertama di Jepang yang memanfaatkan perubahan pajak tahun 2023. Selain itu, ini jadi pencatatan langsung (tanpa penawaran umum perdana tradisional) pertama dalam lebih dari dua dekade!
Mengapa cara ini? Sony menjelaskan, pemisahan ini membuat neraca keuangan bisnis non-keuangan (yang mencari efisiensi modal) dan bisnis keuangan (yang fokus mengumpulkan modal) menjadi lebih jelas.
Ini membantu investor memahami tujuan masing-masing unit. Sony juga menilai cara ini lebih cepat dan berisiko rendah dibanding IPO tradisional.
Hideki Somemiya, kepala keuangan Resonac (perusahaan yang juga berencana memisahkan bisnis petrokimianya).
“Pemisahan sebagian ini akhirnya bebas pajak, selaras dengan praktik Barat. Ini memberi opsi bagi perusahaan besar Jepang untuk mengurangi diskon konglomerat mereka.” Sony sendiri akan tetap memiliki sekitar 20% saham di bisnis keuangan tersebut. Bisnis keuangan ini juga akan tetap melisensikan merek Sony.
Sony Fokus ke Hiburan dan Chip Unggulan
Perusahaan asal Jepang tersebut berambisi besar memperluas kehadirannya di sektor hiburan, mulai dari game, film, hingga musik. Mereka juga ingin mempertahankan posisi sebagai produsen terkemuka sensor gambar (sejenis semikonduktor) untuk smartphone.
“Penting untuk berinvestasi dalam proses manufaktur,” kata Hiroki Totoki, tentang bisnis chipnya bulan ini. “Ada banyak pilihan, apakah kita mengerjakannya 100% sendiri, mengundang mitra investasi, atau mengadopsi strategi fab-light,” jelasnya.
Selain memproduksi sensor gambar, Sony telah bermitra dengan Taiwan Semiconductor Co Ltd (TSMC) dalam usaha patungan pembuat chip kontrak di Jepang. David Dai, seorang analis di Bernstein, menilai, “Mengalihdayakan sebagian produksi ke TSMC akan menjadi pilihan paling alami untuk menurunkan beban biaya dan meningkatkan efisiensi.” Jelasnya.
Sony memperkirakan laba operasi tetap stabil tahun ini. Ini terjadi setelah mereka memperhitungkan kerugian 100 miliar yen ($701,16 juta) akibat perang dagang era Presiden AS Donald Trump.
Konglomerat ini, yang mencatat arus kas operasi rekor tahun lalu, mengalokasikan 1,7 triliun yen untuk investasi modal dan 1,8 triliun yen untuk investasi strategis dalam tiga tahun hingga Maret 2027.
Sony Incar Kekayaan Intelektual dan Perkuat Anime
Secara luas, Sony terus berupaya membuat kesepakatan untuk memperluas aksesnya terhadap kekayaan intelektual (IP) demi mendorong bisnis hiburannya. Jepang menjadi salah satu fokus utama mereka.
Reuters melaporkan, Sony pernah membeli saham di Kadokawa setelah mempertimbangkan akuisisi perusahaan media besar tersebut. Mereka juga sempat mempertimbangkan penawaran untuk Paramount Global tahun lalu.
Di industri anime, perusahaan pembuat Playstation 5 ini menjadi kekuatan yang sedang naik daun. Mereka memiliki perusahaan perencanaan Aniplex (di bawah divisi musik Jepang) dan layanan streaming Crunchyroll (bagian dari segmen gambar).
“Ini masih tahap awal bagi kami dan peluangnya sangat besar. Baik karena ukuran pasar saat ini maupun… jumlah pemirsanya terus bertambah,” kata CEO Crunchyroll, Rahul Purini.
Meski tumbuh pesat, anime belum menyaingi skala bisnis game, film, dan musik. Namun, analis Dai dari Bernstein memperkirakan anime akan menyumbang 35% hingga 40% laba bisnis gambar dalam dua hingga tiga tahun ke depan. “Tidak hanya menguntungkan, tetapi juga menguntungkan,” katanya.