mustikatimes.com – Momen perayaan kemerdekaan seharusnya menjadi waktu untuk bersatu dan merayakan pencapaian bangsa. Namun, bagi sebagian masyarakat, bulan kemerdekaan justru menjadi momentum yang pas untuk menyuarakan kritik dan kegelisahan terhadap kondisi negara. Fenomena ini tercermin dalam dua ekspresi budaya yang berbeda namun memiliki semangat yang serupa: lagu “Feast” dan gerakan pengibaran bendera One Piece oleh para penggemarnya.
Lagu “Feast” sebagai Cermin Kekecewaan
Lirik lagu “Feast” kaya akan kritik sosial dan politik. Lagu ini tidak secara eksplisit menyebut bulan kemerdekaan, tetapi pesan-pesannya sangat relevan dengan semangat perjuangan. Lagu ini melukiskan gambaran “bendera yang masih berkibar, namun matahari sudah memudar”, yang bisa diartikan sebagai sindiran bahwa meskipun simbol-simbol kebangsaan masih ada, nilai-nilai di baliknya sudah terkikis.
Frasa “merah makin memudar” dan “putih makin menguning” secara metaforis menggambarkan terkikisnya makna bendera Merah Putih. Lagu ini juga menyindir oportunisme dan ketidakpedulian dengan lirik “bunglon merasa benar” dan “yang pintar masih berpaling”. Peringatan untuk tidak melupakan sejarah disampaikan melalui lirik “jadikan pelajaran, jangan sampai rusak beneran”, mengingatkan bahwa kemajuan yang salah arah bisa membawa pada kemunduran.
Pada akhirnya, lagu ini menyiratkan keraguan terhadap pemimpin masa depan, namun juga menegaskan bahwa “namun kami belum tentu” akan menyerah dan melupakan. Ini adalah pesan perlawanan yang halus, namun kuat, bahwa masih ada sekelompok orang yang akan terus berjuang untuk masa depan yang lebih baik.
Gerakan Bendera One Piece: Simbol Kritik dari Penggemar
Pada saat yang sama, muncul fenomena di mana penggemar anime One Piece mengibarkan bendera bajak laut Topi Jerami di bulan kemerdekaan. Meskipun memicu polemik, gerakan ini dimaknai oleh para pelakunya sebagai bentuk sindiran dan kekecewaan terhadap pemerintah.
Seperti yang dilaporkan berbagai media, para penggemar merasa bahwa pemerintah saat ini “semakin jauh dari asas demokrasi” dan “sangat sedikit ngasih timbal balik” kepada rakyat. Simbol bajak laut dalam One Piece, yang dikenal karena perjuangannya melawan pemerintah dunia yang korup dan menindas, menjadi representasi yang pas untuk menyuarakan ketidakpuasan ini.
Gerakan ini, seperti halnya lagu “Feast,” tidak bermaksud mengganti bendera Merah Putih atau merusak nasionalisme. Sebaliknya, ini adalah bentuk nasionalisme modern yang kritis. Para penggemar merasa bahwa Merah Putih terlalu suci untuk dikibarkan di tengah kondisi negara yang menurut mereka masih banyak persoalan. Mereka ingin menyuarakan harapan akan keadilan dan perubahan.
Baik melalui lirik lagu “Feast” maupun pengibaran bendera One Piece, pesan yang disampaikan sama: kritik terhadap pemerintah dan sistem yang dianggap tidak adil. Keduanya memanfaatkan bulan kemerdekaan sebagai momentum yang pas untuk menyuarakan perlawanan, mengingatkan bahwa semangat kemerdekaan adalah tentang perjuangan untuk kebaikan bersama, bukan sekadar simbol yang dihormati tanpa makna. Ini adalah suara-suara yang muncul dari kegelisahan, namun juga menyimpan harapan akan perubahan dan masa depan yang lebih baik bagi bangsa.