Ekonomi & Bisnis Suara Warga Wawasan & Edukasi
Beranda » Mustika » Kisah Pasar Modal Indonesia Lolos dari Badai Krisis Moneter 1998

Kisah Pasar Modal Indonesia Lolos dari Badai Krisis Moneter 1998

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, pada 19 Mei 1998. Selain menuntut Presiden Soeharto mundur, para mahasiswa juga meminta anggota dewan tidak meninggalkan gedung agar Sidang Istimewa bisa dilakukan secepatnya. (KEMAL JUFRI/AFP)

Mustikatimes.com- Krisis moneter 1998 memukul pasar modal Indonesia hingga babak belur. Ketidakpastian politik dan sosial melumpuhkan Bursa Efek Indonesia (BEI). Aktivitas jual beli anjlok drastis, baik dari sisi penawaran maupun permintaan.

Tak heran, banyak perusahaan sekuritas, baik asing maupun lokal, terpaksa menutup usahanya. Hanya pemain terkuat yang berhasil bertahan di tengah kondisi pasar yang stagnan.

Kebijakan Proaktif Bapepam Bantu Emiten Bertahan

Menghadapi situasi sulit ini, Jusuf Anwar, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dari tahun 1988 hingga 2000, mengambil langkah berani.

Ironi di Perbatasan: Jalan Rusak, Anak-anak Terancam, Negara di Mana?

Ia melonggarkan beberapa aturan, termasuk persyaratan hak memesan efek terlebih dahulu (pre-emptive rights). Jusuf melakukan ini untuk membantu emiten yang kesulitan keuangan agar tetap bisa beroperasi.

Titik balik pemulihan ekonomi pun muncul. Kampanye pemilu yang diikuti oleh Pemilihan Umum bebas pada 7 Juni 1999 mampu membangkitkan sentimen pasar.

Suku bunga yang menurun dan nilai rupiah yang menguat mendorong Bursa Efek Jakarta (BEJ) kembali pulih ke level pra-krisis.

Bukan Hanya Pati, Ini Daftar Daerah yang Warganya Protes Kenaikan PBB

Jusuf Anwar bahkan menulis dalam kata pengantar buku Indonesian Capital Market Directory 1997 bahwa Pemilu bebas ini menjadi “titik balik dalam pemulihan ekonomi Indonesia.”

Visi ke Depan: Membangun Pasar Modal Berstandar Internasional

Di era yang sama, Achmad Daniri, Presiden Direktur BEJ periode 1999–2002, memiliki visi besar untuk pasar modal Indonesia.

Ia menekankan perlunya pendekatan yang efektif dan berorientasi ke depan, terutama untuk menarik lebih banyak investor lokal.

Pajak Bumi dan Bangunan Naik Gila-Gilaan, Sederet Daerah Protes, Ada Apa?

Menurut Daniri, pengembangan pasar akan memperkuat posisi BEJ sebagai salah satu pasar emerging dengan kualitas berstandar internasional.

Untuk mencapai visi tersebut, Daniri menilai penerapan penuh prinsip keterbukaan informasi (full disclosure) yang menjadi fondasi regulasi pasar modal sangat penting.

BEJ pun berkomitmen memperkuat peran regulasinya, menyediakan layanan tambahan untuk emiten, serta mendorong integrasi vertikal dengan lembaga kliring. Tak hanya itu, BEJ juga berencana melakukan integrasi horizontal dengan pasar derivatif.

Daniri yakin, pemanfaatan teknologi, penerapan standar internasional, dan kemajuan komunikasi akan meningkatkan daya saing pasar modal nasional. Ia pun menegaskan komitmen BEJ dalam buku yang sama.

“Bursa Efek Jakarta telah berusaha menyediakan fasilitas terbaik bagi anggotanya, perusahaan terdaftar, dan investor.” Ujarnya.

Dengan kebijakan proaktif dari Bapepam dan visi ke depan dari BEJ, pasar modal Indonesia berhasil bangkit dari keterpurukan dan bersiap menghadapi tantangan di masa depan.

Artikel Terkait