mustikatimes.com- Pernah kepikiran nggak sih, kalau tiba-tiba Indonesia kena serangan nuklir, kira-kira apa aja ya yang bakal selamat? Gedung-gedung? Manusia? Kendaraan? Jalanan? Atau fasilitas umum? Mungkin beberapa hal tetap utuh, tapi aku yakin banget, ada dua hal yang pasti bertahan: kecoa dan Bitcoin.
Kenapa kok bisa begitu? Karena dua hal ini punya kesamaan mencolok: mereka susah banget mati!
Kecoa: Si Makhluk Kebal yang Bikin Geli
Coba bayangin, kecoa itu kalau kepalanya putus aja, dia masih bisa hidup lho selama beberapa waktu. Kita susah banget mau ngilangin mereka. Bahkan, konon katanya, serangan nuklir sekalipun nggak mempan buat kecoa. Radiasi nuklir yang dahsyat itu kayak angin lalu aja buat mereka.
Memang sih, banyak dari kita yang geli atau bahkan benci sama kecoa, kita menganggapnya penyebar penyakit dan kuman. Tapi ya gimana lagi, mereka memang jago banget bertahan hidup.
Bitcoin: Uang Digital yang Nggak Ada Matinya
Nah, analogi ini juga pas banget buat Bitcoin. Sepanjang sejarahnya, orang-orang berkali-kali meramal mata uang kripto ini bakal “game over”, bakal bangkrut, atau hancur.
Tapi anehnya, setiap kali ramalan itu muncul, Bitcoin selalu membuktikan ketahanan dan keberlanjutannya yang luar biasa. Mirip kecoa yang disemprot racun tapi tetap hidup, Bitcoin juga begitu.
Banyak tokoh besar di dunia Bitcoin sempat bermasalah hukum, tapi itu nggak ngaruh signifikan ke perkembangan pasar Bitcoin atau kripto secara umum. Kok bisa ya?
Flashback Singkat Bitcoin: Lahirnya Sang Penantang Bank
Cerita ini dimulai tahun 2008, pas Amerika Serikat lagi krisis ekonomi besar-besaran karena masalah utang rumah (subprime mortgage crisis).
Di tengah kekacauan itu, seseorang (atau sekelompok orang) dengan nama samaran Satoshi Nakamoto merilis dokumen penting yang namanya Bitcoin white paper. Di sana, dia menjelaskan apa itu Bitcoin, bagaimana proyeksinya, dan apa harapannya.
Satoshi memperkenalkan Bitcoin sebagai duit digital yang bisa orang kirim langsung dari satu orang ke orang lain tanpa lewat perantara kayak bank. Intinya, dia pengen ngelawan sistem perbankan yang terlalu terpusat dan menciptakan sistem yang benar-benar desentralisasi.
Tahun 2009, jaringan blockchain pertama di dunia aktif, dan lahirlah Bitcoin, cryptocurrency pertama di dunia. Awalnya sih cuma segelintir orang yang tahu.
Tapi seiring waktu, nilai Bitcoin meroket tajam seiring pesatnya perkembangan internet. Dari yang tadinya harganya di bawah 1 dolar, sekarang bisa tembus puluhan ribu dolar!
Setelah Bitcoin sukses, banyak banget mata uang kripto lain ikutan nongol. Ada Ethereum yang membawa konsep smart contract, lalu ada Dogecoin yang awalnya cuma bercandaan (meme) tapi malah jadi hits banget.
Dari sini, dunia kripto berkembang pesat, nggak cuma jadi alat tukar, tapi juga jadi ekosistem inovasi teknologi yang luas banget, dari Decentralized Finance (DeFi) sampai game berbasis blockchain.
Di Indonesia sendiri, meskipun kita melarang penggunaan kripto sebagai alat tukar, tapi kita mengizinkannya sebagai komoditas jual beli dan pemerintah mengaturnya. Jadi, kripto ini bukan cuma mata uang lagi, tapi sudah jadi teknologi finansial yang kita akui.
Rahasia Bitcoin Tahan Banting: Teknologi Blockchain Canggih
Kok bisa sih Bitcoin susah banget “mati”? Jadi gini, teknologi blockchain mendukung cryptocurrency. Bayangin aja blockchain ini kayak buku besar digital raksasa yang mencatat semua transaksi secara publik. Setiap kamu kirim atau terima kripto, sistem langsung mencatat transaksi itu di blockchain.
Yang bikin unik, data blockchain ini tersebar di ribuan komputer di seluruh dunia. Ini berarti nggak ada satu pihak pun yang bisa meretas atau memanipulasi data secara keseluruhan.
Untuk memastikan semua transaksi valid, ada proses yang namanya mining atau penambangan, yang para miner lakukan. Mereka ini punya tugas mencatat transaksi, dan kalau sudah selesai, mereka menambahkan blok baru ke blockchain. Sebagai hadiahnya, mereka dapat koin baru.
Karena semua transaksi transparan dan datanya tersebar, klaim bahwa kripto menjadi tempat cuci duit sebenarnya tidak sepenuhnya benar.
Justru, jika aparat keamanan memiliki teknologi yang memadai, mereka sangat mungkin melacak transaksi keuangan melalui blockchain.
Ujian Berat dan Pengakuan Dunia: Kisah El Salvador
Bitcoin terus menghadapi ujian berat. Tahun 2021, Tiongkok melarang Bitcoin total, yang membuat banyak pihak meramalkan “akhir dari Bitcoin”.
Tapi kayak kecoa yang terus hidup meskipun sudah disemprot baygon, Bitcoin tetap ada. Hash rate (ukuran kekuatan jaringan Bitcoin) malah pindah ke negara lain seperti Amerika Serikat sama Kazakhstan.
Nggak lama setelah itu, El Salvador bikin gebrakan gila! Mereka menjadikan Bitcoin sebagai mata uang resmi di negaranya. Ini penting banget karena untuk pertama kalinya, sebuah negara secara formal mengakui Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.
Langkah ini mungkin kontroversial, tapi itu menunjukkan bahwa orang-orang mulai melihat Bitcoin sebagai instrumen industri keuangan yang serius.
Investasi Kripto: Peluang Gede, Tapi Tetap Ada Risiko
Buat kamu yang tertarik sama instrumen ini, ada aplikasi kayak Ajaib Kripto yang sudah punya izin resmi dari Bappebti. Aplikasi ini menawarkan berbagai fitur menarik, seperti:
- Ada lebih dari 200 aset kripto yang bisa kamu pilih.
- Fitur take profit dan stop loss biar kamu bisa ngatur keuntungan dan kerugian.
- Fitur coin screener buat nyari aset kripto yang pas.
- Kamu juga bisa kirim dan terima aset kripto.
- Ada update berita kripto terbaru biar nggak ketinggalan info.
Tapi inget ya, investasi kripto itu risikonya tinggi dan harganya bisa naik turun drastis. Ini bukan cara cepat kaya. Kamu harus banget paham risikonya dan ngerti kalau volatilitasnya emang tinggi.
Namun, sama kayak kecoa yang susah mati, aset-aset besar kayak Bitcoin dan Ethereum justru menunjukkan kenaikan signifikan dalam jangka panjang.
Kalau kamu lihat grafiknya, trennya cenderung naik terus. Ini karena permintaan yang terus naik dan pasokan Bitcoin yang terbatas (cuma ada 21 juta koin!). Apalagi makin banyak institusi besar mengadopsi Bitcoin sebagai aset, jadi fundamentalnya makin kuat.
Strategi Investasi Kripto: Ingat, Ini Maraton, Bukan Lari Sprint!
Sebelum investasi, pahami dulu fundamentalnya dan punya tujuan yang jelas. Jangan cuma ikutan karena FOMO (Fear Of Missing Out) ya, itu bahaya banget bisa bikin kamu rugi.
Lakukan riset yang matang dan investasiin uang “dingin” aja (uang yang emang nggak kamu butuhin buat kebutuhan sehari-hari). Inget, investasi itu maraton, bukan sprint.
Buat kamu yang suka main cepat, ada strategi namanya scalping. Ini cara ngambil untung kecil-kecil tapi sering, biasanya dalam hitungan menit atau jam.
Tapi kamu harus siap mantengin grafik terus-menerus. Ada juga strategi lain kayak Moving Average, RSI, atau Bollinger Bands. Tinggal sesuaikan aja sama momentum pasar.
Yang paling penting: jangan pernah terjun ke investasi cuma karena FOMO! Kalau kamu nggak ngerti, bisa-bisa duitmu hilang. Lakukan riset yang mantap, investasi dengan uang dingin, karena ini bukan sprint tapi maraton.
Tetap cerdas, tetap sabar, dan biarkan uangmu bekerja untukmu! Oke, itu aja dari aku. Semoga konten ini bermanfaat ya! Ada lagi yang ingin kamu diskusikan tentang investasi kripto?