Budaya Sosial Suara Warga
Beranda » Mustika » Karakter Pengguna Jalan Bagikan Cermin Kecil Budaya Besar

Karakter Pengguna Jalan Bagikan Cermin Kecil Budaya Besar

Foto : Ima/mustikatimes.com

mustikatimes.com– Jalanan kota seperti panggung paling jujur dari budaya masyarakat. Di situlah berbagai karakter pengguna jalan muncul tanpa topeng sebab kesabaran dan emosional, tertib dan semrawut, egois dan penuh empati, semua bercampur jadi satu dalam lalu lintas yang kadang lebih mirip pertunjukan absurd daripada sistem mobilitas.

Beikut Adalah Cermin Kecil Pada Budaya Besar Dalam Berkendara
Karakter pengguna jalan di kota baik pengendara mobil, motor, pesepeda, pejalan kaki, hingga sopir ojek online. Setiap harinya dihadapkan dengan ruang sempit dan waktu terbatas. Meskipun kamu tidak sedang berada di situasi itu, paling tidak pernah merasakan.

Dari situ, muncul kebiasaan yang kerap mengorbankan etika menyerobot lampu merah, naik ke trotoar, tidak memberi jalan, hingga parkir sembarangan. Bukan hanya karena kurangnya kesadaran, tapi juga karena sistem yang belum sepenuhnya adil dan manusiawi, yang kerap dijumpai.

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Warnai Haul Simbah Cikal Bakal di Krajan

Masalahnya, banyak dari kita terlalu terbiasa mengeluh soal macet, tapi lupa bahwa kita juga bagian dari kemacetan itu. Kita ingin jalan lancar, tapi enggan mendahulukan ambulans. Kita kesal karena trotoar rusak, tapi membiarkan motor naik ke sana. Ada semacam krisis tanggung jawab kolektif yang menjangkiti budaya lalu lintas kita.

Lebih jauh, pengguna jalan kota sering kali saling curiga. Pengendara mobil merasa motor ugal-ugalan. Pengemudi ojek online merasa disudutkan. Pejalan kaki merasa tak dihargai. Semua merasa paling dirugikan, tanpa sempat bertanya: “Apa saya juga bagian dari masalah?”

Tentu tidak semua seperti itu. Ada juga pengguna jalan yang sabar, tertib, bahkan rela memberi jalan meski terburu-buru. Tapi suara mereka sering tenggelam di tengah hiruk pikuk klakson dan manuver egois.

Solusinya bukan sekadar razia atau marka jalan. Yang kita butuhkan adalah perubahan budaya. Etika berkendara harus diajarkan sejak dini, bukan hanya sebagai aturan, tapi sebagai nilai: bahwa menghormati pengguna jalan lain adalah bentuk paling sederhana dari hidup bersama secara beradab.

Clash of Legends Real Madrid vs Barcelona Siap Guncang GBK 27 September 2025

Lalu apa yang dapat disimpulkan?
Pengguna jalan di kota adalah potret mini dari masyarakat kita, bagaimana kita memandang orang lain, menyikapi aturan, dan merespons tekanan. Jika ingin melihat kemajuan sebuah bangsa, lihat dulu bagaimana warganya bersikap di jalan.

Karena jalan bukan sekadar tempat berpindah, tapi ruang bersama—dan bagaimana kita bersikap di dalamnya, menentukan arah kita sebagai masyarakat.

Menganalisis Akar Masalah: Siswa SMP Belum Lancar Membaca

Artikel Terkait