mustikatimes.com – Menjelang perayaan Idul Adha 1446 Hijriah, masyarakat Maroko menghadapi tantangan besar dalam menunaikan ibadah kurban.
Meskipun tidak ada larangan resmi dari pemerintah, kenaikan harga hewan kurban yang drastis akibat kekeringan berkepanjangan membuat banyak warga kesulitan untuk melaksanakan syariat ini pada tahun ini.
Maroko diketahui telah dilanda kekeringan parah secara terus-menerus selama sekitar tujuh tahun terakhir.
Kondisi alam yang ekstrem ini memberikan dampak signifikan pada sektor peternakan di negara tersebut, yang berujung pada penurunan populasi domba dan kambing yang cukup drastis.
Beberapa laporan bahkan menyebutkan populasi domba Maroko telah menyusut hingga 38 persen, menciptakan kelangkaan pasokan di pasar menjelang hari raya.
Akibat kelangkaan tersebut, harga hewan kurban melambung tinggi. Seekor domba, yang umumnya menjadi pilihan utama untuk kurban, kini bisa mencapai harga yang setara dengan sekitar Rp9,7 juta.
Angka ini menjadi beban finansial yang berat bagi mayoritas warga, mengingat rata-rata gaji bulanan di Maroko berkisar pada angka Rp5,4 juta.
Disparitas yang mencolok antara harga hewan kurban dan daya beli masyarakat ini menjadikan ibadah kurban tahun ini terasa sangat memberatkan bagi banyak keluarga.
Menanggapi situasi yang sulit ini, pemerintah Maroko telah mengambil beberapa langkah mitigasi. Di antaranya adalah memberikan subsidi pakan ternak kepada para peternak lokal serta mengizinkan impor hewan kurban dari luar negeri.
Upaya ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan pasokan dan berupaya menstabilkan harga, meskipun dampaknya belum sepenuhnya dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Di tengah kesulitan yang dialami warganya, Raja Mohammed VI secara tradisional akan tetap melaksanakan ibadah kurban atas nama seluruh rakyat Maroko.
Sebagai tanggapan, Raja Mohammed VI mengumumkan pada bulan Februari melalui sepucuk surat yang dibacakan oleh menteri urusan Islam. Surat tersebut berisi bahwa keluarga-keluarga tak diperbolehkan menyembelih domba tahun ini. Raja akan melakukan berkurban atas nama rakyat Maroko.
“Melakukannya dalam situasi sulit seperti ini akan menyebabkan kerugian nyata bagi banyak rakyat kita, terutama mereka yang berpenghasilan terbatas,” bunyi surat itu.
Ini adalah praktik yang umum dilakukan oleh monarki sebagai simbol kepemimpinan spiritual dan kepedulian terhadap kesejahteraan umat. Namun, bagi sebagian besar warga Maroko, tantangan ekonomi yang disebabkan oleh harga kurban yang melonjak tinggi tetap menjadi keprihatinan utama menjelang Hari Raya Idul Adha.