Beranda » Mustika » Honda Terjun ke Antariksa: Berhasil Uji Coba Roket Reusable

Honda Terjun ke Antariksa: Berhasil Uji Coba Roket Reusable

TOKYO, MUSTIKATIMES.COM Nama Honda selama ini lekat dengan mobil, motor, dan mesin-mesin efisien. Namun, di balik itu semua, Honda ternyata menyimpan mimpi yang jauh lebih besar dan kini selangkah lagi akan mewujudkannya.

Pada 17 Juni 2025, Honda mengumumkan keberhasilan uji coba roket reusable (bisa digunakan kembali). Uji coba ini bukan sekadar simulasi komputer atau miniatur laboratorium. Honda benar-benar meluncurkan sebuah roket sungguhan.

Roket tersebut melesat vertikal, kemudian turun dalam gerakan parabolik, dan akhirnya mendarat kembali dengan stabil. Honda melaporkan telah melaksanakan uji coba ini pada Mei 2025 di Taiki, Hokkaido, namun baru merilis pengumumannya pada pertengahan Juni.

Dalam pengumuman resminya, Honda juga menyampaikan ambisi besar. Mereka berencana meluncurkan roket ke orbit rendah bumi pada tahun 2029. Dengan demikian, dunia akan memiliki pemain baru dalam perlombaan antariksa.

Modal Kuat Sejak Lama Dukung Misi Antariksa Honda

Rencana Honda untuk menjelajah antariksa sebenarnya sudah mereka sampaikan secara luas sejak tahun 2021. Konsepnya sangat mirip dengan pendekatan SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, yaitu mengembangkan roket reusable. Roket jenis ini bisa digunakan berulang kali sehingga menekan biaya penerbangan ke luar angkasa.

BSU Rp600 Ribu Mulai Cair Juni–Juli 2025, Cek Syarat Dan Cara Pencairannya

Uji coba roket yang dilakukan Honda

Uji coba roket yang dilakukan Honda. (FOTO/global.honda)

Honda tidak memulai misi antariksanya dari nol. Untuk mewujudkan ambisi ini, mereka menggabungkan beragam teknologi yang selama ini tersebar di berbagai divisi.

Keahlian robotika yang melahirkan humanoid legendaris ASIMO, kini mereka terapkan untuk sistem kendali dan presisi gerak roket.

Mereka juga melibatkan kemampuan di bidang AI dan navigasi otonom, yang sebelumnya Honda kembangkan untuk mobil listrik dan kendaraan eksperimental.

Pengalaman di Formula 1 khususnya dalam merancang power unit berkinerja tinggi juga sangat bermanfaat. Selain itu, Honda memanfaatkan riset elektrifikasi dan sistem kontrol penerbangan yang sebelumnya mereka gunakan dalam proyek mobilitas masa depan.

Hasilnya, tentu saja, bukan sekadar proyek sampingan. Honda membentuk tim khusus dan menetapkan target spesifik: mengembangkan sistem komunikasi untuk misi di luar orbit bumi dan merancang sumber energi terbarukan yang bisa berfungsi di luar angkasa.

iPhone 16 Pro vs Pro Max: Pilih Mana Sesuai Kebutuhan Kamu?

Tahun lalu, Honda sudah melakukan uji coba perdana. Kala itu, mereka belum meluncurkan roket, melainkan menguji desain aerodinamika, kontrol stabilitas roket, serta sistem pendaratan vertikal. Semua itu akhirnya terlihat pada uji coba lanjutan Mei lalu.

Honda meluncurkan roket purwarupa setinggi 6,3 meter yang berhasil terbang vertikal hingga 271,4 meter, berada di udara selama 56,6 detik, dan mendarat dengan jarak hanya 37 cm dari targetnya. Ini pencapaian yang sangat baik.

Persaingan Antariksa Global: Honda Hadir dengan Kekuatan Baru

Ketika membahas industri antariksa, nama SpaceX hampir selalu muncul pertama kali. Sejak pertama kali meluncurkan roket Falcon 1 pada tahun 2008, perusahaan ini telah mengubah paradigma dan peta persaingan antariksa dunia.

SpaceX membuktikan bahwa peluncuran luar angkasa tidak harus menjadi proyek miliaran dolar milik negara. Dengan roket yang bisa digunakan ulang, biaya bisa mereka tekan drastis. Dulu, meluncurkan sebuah roket ibarat menghamburkan uang ratusan juta dolar ke udara.

Kini, roket bisa mendarat kembali, menjalani pemeliharaan seperti kendaraan biasa, dan diluncurkan lagi. Itulah mengapa Falcon 9 dan Starship memiliki nilai strategis: mereka tidak hanya kuat, tetapi juga ekonomis.

Finlandia: Negara Paling Bahagia Dunia, Kuncinya Pajak Tinggi?

Namun, SpaceX bukan satu-satunya pemain. Blue Origin milik Jeff Bezos orang terkaya ketiga di dunia juga mengembangkan roket reusable, meskipun belum seandal milik SpaceX.

Sementara itu, Rocket Lab dari Selandia Baru mengambil pendekatan berbeda dengan fokus pada roket kecil dan peluncuran berfrekuensi tinggi.

Arianespace dari Eropa tetap bertahan sebagai pemain lama, sedangkan startup seperti Relativity Space dari California, AS, mencoba membuat roket menggunakan teknologi cetak 3D. Dari Tiongkok, iSpace dan Galactic Energy mendapat dukungan penuh dari pemerintah.

Pilihan banyak, pendekatannya beragam, tetapi tujuannya sama. Semua perusahaan antariksa itu ingin membuat perjalanan ke ruang angkasa lebih mudah diakses, lebih murah, dan lebih sering digunakan.

Jelas, di tengah lanskap ini, Honda masih tergolong “pemain baru”. Roket mereka belum mencapai orbit, bahkan belum keluar dari wilayah uji coba. Meski begitu, Honda bukan perusahaan startup.

Mereka memasuki kancah “perang bintang” dengan membawa sumber daya melimpah, pengalaman manufaktur massal, dan stabilitas finansial yang tidak bisa kita sepelekan. Perlu dicatat, Honda saat ini adalah perusahaan otomotif terbesar kedua di Jepang dan salah satu yang terbesar di dunia.

Keunggulan Honda juga terletak pada mentalitasnya. Ini terlihat dari bagaimana mereka menguji coba roket purwarupa tersebut. Mereka fokus dan memilih bekerja dalam senyap.

Tidak ada livestream, tidak ada klaim muluk-muluk. Bahkan, mereka baru berani “koar-koar” setelah peluncurannya terbukti sukses meskipun, ya, belum sempurna.

Asia Jadi Medan Pertempuran Baru di Luar Angkasa?

Langkah Honda masuk ke industri luar angkasa tidak muncul begitu saja. Jepang saat ini memang sedang menyusun ulang perannya dalam eksplorasi antariksa, dan Honda hanyalah salah satu contoh dari semangat baru yang tengah tumbuh.

Sebelum Honda, sudah ada Mitsubishi Heavy Industries (MHI) yang selama ini menjadi tulang punggung peluncuran roket Jepang melalui kolaborasinya dengan badan antariksa nasional, JAXA.

Roket H-IIA buatan MHI telah mendukung berbagai misi penting, termasuk peluncuran satelit dan wahana luar angkasa Hayabusa. MHI memang sempat menemui kendala dengan roket M3 yang sempat dua kali gagal meluncur. Namun, roket ini pun akhirnya berhasil melesat ke luar angkasa.

Selain itu, ada pula Toyota. Meskipun mereka tidak membangun roket, Toyota bekerja sama dengan JAXA untuk mengembangkan kendaraan lunar berawak bernama “Lunar Cruiser”.

Mereka mengembangkan kendaraan eksplorasi ini dengan basis teknologi hidrogen yang memang menjadi andalan pabrikan otomotif terbesar di dunia itu. Dengan demikian, Jepang memiliki paket lengkap: soal roket dan peluncuran, ada Honda atau Mitsubishi; sesampainya di bulan, Toyota siap mengambil peran.

Selain Jepang, Tiongkok juga menjadi salah satu pemain besar dalam peta persaingan antariksa dunia. Badan antariksa mereka, CASC (China Aerospace Science and Technology Corporation), rutin mengirim misi luar angkasa dan sudah memiliki stasiun antariksanya sendiri.

Dari pihak swasta, perusahaan seperti iSpace dan Galactic Energy mengisi celah tersisa dengan peluncuran roket-roket kecil dan kepentingan komersial.

India pun tidak ketinggalan. ISRO (Indian Space Research Organisation), misalnya, mengirimkan misi ke bulan pada 2023, menjadikan mereka negara keempat yang sukses mendarat di satelit bumi setelah Amerika Serikat, Uni Soviet, dan Tiongkok.

Sektor swasta India juga cukup kuat. Perusahaan seperti Skyroot Aerospace dan Agnikul Cosmos mendapat dukungan negara untuk mengembangkan roket ringan dan murah bagi pasar global.

Selanjutnya, ada pula Korea Selatan yang pada 2022 berhasil meluncurkan roket buatan dalam negeri. Dan yang tidak boleh kita lupakan, ada Uni Emirat Arab (UEA) dengan ambisi besarnya. UEA memang belum bisa meluncurkan roket atau membuat modul bulan.

Namun, mereka sudah meluncurkan wahana untuk meneliti permukaan Mars pada 2020 dan, pada 2028 nanti, akan mengirim wahana antariksa baru ke asteroid.

Semangat Inovasi Honda yang Tak Pernah Padam

Di Indonesia, Honda mungkin identik dengan Supra Bapak atau Beat Karbu. Namun, di kancah global, mereka kini berperan sebagai salah satu calon pemimpin persaingan antariksa dunia.

Evolusi Honda ini, seperti yang telah kita bahas, mewakili dua perubahan sekaligus. Pertama, pergeseran konstelasi “perang bintang” dari dominasi negara ke pemain swasta. Kedua, pergeseran pusat perhatian (heatmap) persaingan dari Barat ke Asia.

Tidak hanya itu, evolusi Honda juga merupakan sebuah puncak dari perjalanan panjang sebuah jenama yang selalu berani merambah ke dunia baru yang mungkin tidak pernah Soichiro Honda, sang pendiri, bayangkan.

Walau begitu, napas Soichiro Honda, yang selalu menginginkan kesempurnaan dan kecepatan, sebenarnya terwujud dengan sempurna dalam misi terbaru Honda ini.

Sebab, apa lagi yang lebih baik melambangkan kesempurnaan dan kecepatan daripada sebuah roket yang bisa meluncur dan mendarat dengan mulus?

Facebook Comments Box

Artikel Terkait

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Peringkat

Suzuki : La Ode Zo Tumada

Terbaru