Mustikatimes.com – Negara Zimbabwe yang terkenal dengan hiperinflasi. Berikut ini dijelasin nih beberapa info tentang Zimbabwe.
Kondisi Hiperinflasi Zimbabwe
Mata uang mereka mencapai titik terendah dengan adanya uang kertas bernilai 100 triliun dolar Zimbabwe. Masyarakat harus membawa karung atau gerobak berisi uang hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Pada November 2008, inflasi bulanan mencapai 79,6 miliar persen, yang berarti harga barang bisa naik drastis dalam semalam. Dalam setahun (November 2008 – November 2009), kenaikan harga mencapai 89,7 sekstilun persen. Harga-harga melambung tinggi, seperti sebutir telur berharga miliaran dan roti seharga 12 mobil baru.
Penyebab Kekacauan Ekonomi
Reformasi Agraria yang Buruk: Setelah merdeka tahun 1980, Presiden Robert Mugabe mengambil paksa tanah pertanian milik orang kulit putih untuk dibagi-bagikan kepada orang kulit hitam miskin yang tidak memiliki pengalaman atau pelatihan pertanian. Hal ini menyebabkan pertanian berantakan, pendapatan negara menurun, dan resesi ekonomi.
Korupsi dan Pengeluaran Pemerintah yang Tidak Terkendali: Pejabat pemerintah dan istri Mugabe, Grace Mugabe (dijuluki Gucci Grace), banyak menghabiskan uang negara untuk kepentingan pribadi. Mugabe juga mencetak banyak uang untuk menyuap musuh dan koalisinya, tanpa adanya peningkatan produktivitas atau investasi.
Perang Kongo Kedua: Mugabe mengirim militernya untuk ikut serta dalam Perang Kongo Kedua (1998-2003) di saat pendapatan negara sedang menurun.
Sanksi Internasional: Amerika Serikat, Uni Eropa, dan IMF memberikan sanksi kepada Zimbabwe pada tahun 2002 karena pelanggaran hak asasi manusia. Sanksi ini termasuk pelarangan perdagangan senjata, pembekuan aset, pembatasan bantuan ekonomi, dan pelarangan perjalanan. Sanksi ini menghalangi membeli bahan makanan dari luar negeri dan meminjam uang.
Pencetakan Uang Berlebihan: Untuk membayar utang dan membeli kebutuhan pokok, Bank Sentral Zimbabwe mencetak uang dalam jumlah sangat besar, yang menyebabkan nilai mata uang anjlok drastis.
Upaya Perbaikan dan Kegagalan
Pemerintah Zimbabwe mencoba memperbarui nilai mata uang dan mengizinkan penggunaan mata uang asing seperti USD dan Rand Afrika Selatan untuk menstabilkan harga. Kebijakan ini sempat berhasil menurunkan inflasi.
Namun, pada 2019, pemerintah melarang penggunaan mata uang asing dan kembali ke mata uang baru mereka, Zimbabwean Gold, yang menyebabkan inflasi kembali naik.
Pada Mei 2019, Zimbabwe menandatangani perjanjian dengan IMF (Staff Monitored Program/SMP) untuk mendapatkan bantuan dan saran kebijakan moneter. Syaratnya, Zimbabwe tidak boleh meminjam uang atau mencetak uang lagi. Namun, Zimbabwe melanggar perjanjian ini dengan kembali mencetak uang.
SMP antara IMF dan Zimbabwe akhirnya ditindaklanjuti lagi pada tahun 2023, dan perwakilan IMF mengunjungi Harare pada awal 2025 untuk diskusi lebih lanjut.
Meskipun kondisi inflasi di Zimbabwe sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun 2008-2009, masih banyak tantangan untuk pulih sepenuhnya. Robert Mugabe disebut memiliki andil besar dalam kekacauan ekonomi ini karena kebijakan-kebijakannya yang dianggap asal-asalan.
Komentar