mustikatimes.com– Waduh, mobil listrik lagi naik daun! Tapi, banyak banget nih yang masih ragu soal harga jualnya nanti. Katanya sih, baterainya gampang drop, jadi nilai jualnya ikutan jeblok. Beneran gitu, ya? Yuk, kita bedah.
Abdul Haqqim: Nekat Beli EV, Berani Ambil Risiko?
Kenalan yuk sama Abdul Haqqim, usianya 32 tahun. Tahun lalu, dia galau banget milih mobil EV atau bensin? Soalnya, di mana-mana banyak banget info bilang harga jual mobil listrik bakal anjlok. Katanya, ini gara-gara baterai yang loyo dan teknologi yang cepet banget maju.
“Dulu infonya masih dikit banget, terus banyak banget kabar burung kalau harga jualnya gak bakal setinggi mobil bensin biasa,” curhat Pak Haqqim, seorang account manager di perusahaan iklan.
Tapi, sebelum beli mobilnya Mei tahun lalu, dia udah riset abis-abisan soal mobil EV dan harga jualnya. Hasilnya? Dia mantap beli mobil EV karena mobilnya punya garansi baterai enam tahun. Jadi, kalau baterainya udah gak maksimal, dia bisa menukarnya dengan yang baru! Asik, kan?
Terus, gimana kalau ada teknologi baru yang bikin mobilnya ketinggalan zaman? Pak Haqqim santai aja. Menurutnya, “teknologi inti” kayak umur baterai dan pengisian daya udah “mentok”. Jadi, update-an lain kayak kursi berventilasi mah gak terlalu dia pusingin.
“Itu lebih ke fitur tambahan aja, bukan kebutuhan utama. Mirip kayak beda tipis antara iPhone 15 sama iPhone 16,” jelasnya.
Penjualan BYD Meroket, Tapi Pertanyaan Masih Menggantung
Meskipun udah banyak yang kayak Pak Haqqim, gak semua orang seoptimis itu. Padahal, mobil EV di Singapura udah laris manis, lho!
Bayangin aja, dalam empat bulan pertama tahun ini, 5.947 mobil EV baru masuk daftar. Angka ini sekitar 40 persen dari total pendaftaran mobil baru! Gila, kan?
Bahkan, merek mobil asal Tiongkok, BYD, berhasil nyalip Toyota jadi merek terlaris di Singapura. BYD sukses ngejual 3.002 mobil, atau sekitar 20 persen dari total penjualan kendaraan di sana dalam empat bulan pertama tahun ini. Angka ini jauh di atas Toyota yang cuma kejual 2.050 unit, atau Tesla yang ‘cuma’ 535 unit.
Perkembangan BYD emang gila-gilaan. Dari cuma 3 mobil di 2020, penjualannya naik drastis jadi 6.191 mobil tahun lalu! Tesla juga gak kalah, dari 20 mobil di 2020, penjualannya meningkat jadi 2.384 mobil tahun lalu.
Harga Bekas EV: Mimpi Buruk atau Peluang?
Meski penjualan mobil EV baru ngebut, tetep aja banyak pengemudi yang ragu soal harga jual bekasnya. Di forum-forum online, kekhawatiran ini sering banget mereka suarakan.
“Gak banyak permintaan buat mobil listrik bekas, dan nanti kalau ada teknologi yang lebih baru atau bagus, harga jualnya bakal makin anjlok,” tulis salah satu komentar di Reddit.
Anson Lee, direktur diler mobil Euro Performance Asia, juga ngerasain hal yang sama. Dia bilang, susah banget jual mobil listrik bekas dibanding mobil bensin. Dari 20 mobil listrik bekas yang dia coba jual, cuma 3 yang laku! Bahkan, ada yang ngendon di tokonya setahun lebih.
Tiga mobil yang laku pun, semuanya berusia sekitar setahun, dan dia harus menjualnya 40 persen di bawah harga awal. Padahal, mobil bensin yang sejenis bisa dia jual dengan potongan harga cuma 10-15 persen.
Salah satu alasannya, menurut Pak Lee, adalah karena pengemudi melihat mobil listrik itu kayak “gadget”.
“Kalau dibandingin sama iPhone, misalnya, kalau kamu pake iPhone 13, terus keluar iPhone 15, masih mau beli iPhone 13?” analoginya.
Kesehatan Baterai: Lebih Tangguh dari HP!
Kekhawatiran soal baterai yang cepet rusak itu emang sering banget kita dengar. Kata Pak Lee, “Baterai itu bakal rusak dan habis, kayak handphone kamu.”
Tapi, ini dibantah sama Profesor Madya Zhou Yi dari Singapore Institute of Technology (SIT). Emang sih baterai mobil listrik bakal menurun seiring waktu, tapi penurunannya “jauh lebih baik dari iPhone”.
Contohnya, standar baterai mobil listrik di Tiongkok mengharuskan baterai punya kapasitas minimal 70 persen setelah 8-10 tahun. Baterai mobil listrik juga punya sistem manajemen daya canggih yang ngatur pengisian dan pengosongan.
Profesor Tseng King Jet dari SIT juga setuju. Kebanyakan HP kan gak diharapkan bisa dipakai lebih dari 4 tahun. Makanya merek HP terkenal gak bikin baterai yang tahan lebih dari itu.
“Mobil listrik, di sisi lain, umumnya diharapkan tahan sampai 10 tahun,” katanya. “Makanya, produsen mobil listrik ternama sekarang ngasih garansi 10 tahun.”
Di Singapura sendiri, beberapa distributor mobil listrik udah ngasih garansi 10 tahun buat merek kayak Hyundai, Kia, dan merek Tiongkok seperti Aion, XPENG, Zeekr, Skyworth, dan BYD.
Teknologi Cepat Maju: Kekhawatiran yang Masuk Akal?
Ketakutan teknologi yang cepat maju dan bikin mobilnya ketinggalan zaman sempat menghantui Ronnie Loh, 57 tahun, waktu dia beli mobil listrik Mei lalu. Dia memutuskan beli EV karena insentif pemerintah yang menggiurkan, lumayan bisa hemat S$40.000.
Tapi, manajer proyek di perusahaan peralatan food service komersial ini sempat ragu. “Waktu saya beli mobil listrik ini, saya bilang ke diri sendiri, kalau saya ganti mobil (sebelum 10 tahun), gak ada yang mau beli mobil saya,” katanya.
Dia menambahkan, ada persepsi bahwa teknologi baterai berkembang pesat. Baterai di model EV yang lebih baru terlihat lebih aman dan bisa mengisi penuh lebih cepat. Perubahan ini bisa bikin calon pembeli menganggap mobilnya udah ketinggalan zaman.
Dia belum menghitung perkiraan kerugian nilai karena pasar EV terus berkembang, tapi dia siap untuk yang terburuk. “Pasar mobil bekas sepertinya sangat buruk, jadi begitu saya beli EV, saya harus terpaksa memakainya. Saya sudah siap mental. Kalau situasinya mengharuskan, dan saya harus menjual dengan kerugian besar, ya sudah,” tambahnya.
Subsidi Pemerintah: Bukan Berarti Nilai Jual Rendah
Ada juga nih yang khawatir soal pengembalian dana kalau mobil listrik dibatalin registrasinya (deregistrasi) sebelum COE (Certificate of Entitlement) habis. Katanya, lebih rendah dibanding mobil bensin.
Di Singapura, kalau kamu mendaftarkan mobil, kamu harus bayar ARF (Additional Registration Fee). Nah, kalau kamu membatalkan registrasi mobil sebelum 10 tahun, kamu bisa dapet potongan harga PARF (Preferential Additional Registration Fee). Makin rendah ARF, makin rendah juga potongan PARF-nya.
Mobil listrik baru biasanya punya nilai ARF yang lebih rendah karena ada subsidi dari pemerintah sampai S$40.000. Misalnya, Pak Loh dan Pak Haqqim dapet potongan maksimal S$40.000, jadi mereka gak perlu bayar ARF pas daftar mobil.
Artinya, kalau membatalkan registrasi mobilnya, mereka gak bakal dapet potongan PARF. Ini yang bikin orang mikir mobil listrik punya harga jual bekas yang rendah, padahal itu gak bener kata Profesor Madya Theseira.
“Perbedaan antara mobil listrik dan mobil bensin adalah PARF-nya jauh lebih rendah buat mobil listrik karena ada potongan harga di awal,” katanya.
Menurutnya, yang penting itu bukan nilai jual kembali, tapi penyusutan.
“Banyak mobil listrik yang nilai jualnya rendah buat jenis mobil kayak gitu, tapi itu karena mereka menerima subsidi EV yang besar di awal dan juga punya harga pembelian awal yang rendah,” jelasnya. “Jadi, penyusutannya mungkin sebanding sama banyak mobil bensin sejenis.”
Masa Depan Pasar Mobil Listrik Bekas
Tapi, gak semua pengemudi mobil listrik pesimis lho. Ada Chee Xiu Bin, 33 tahun, yang November tahun lalu beli mobil listrik bekas.
“Depresiasi mobil listrik yang tinggi itu justru jadi tawaran yang sangat menguntungkan buat pembeli bekas,” kata penasihat keuangan ini.
Dia beli Jaguar I-Pace seharga S$177.000 dengan sisa masa berlaku COE enam tahun lebih. Padahal, waktu baru, mobil itu harganya sekitar S$400.000! “Harganya pas, mobilnya bagus, jadi menurut saya itu keputusan yang tepat,” katanya.
Pengemudi lain yang antusias sama pasar mobil listrik bekas adalah Ikhsan Suri, 36 tahun. Dia lagi pake mobil hibrida dan mikir buat jual lagi mobil listriknya, tapi sekitar lima tahun lagi.
“Setahun setengah terakhir ini banyak banget hebohnya karena kelebihan pasokan mobil listrik yang mencoba ngebanjiri pasar,” kata Pak Ikhsan.
Dia yakin bakal ada banyak banget mobil listrik bekas di pasaran tahun 2030. “Semoga ini bisa sedikit nurunin harganya,” harapnya.
Daren Yoong, seorang reviewer mobil listrik di YouTube, bilang kalau jarak antara harga jual kembali mobil EV dan mobil bensin udah mulai ketutup. Bahkan, harga jual mobil bensin bisa turun lebih cepet beberapa tahun ke depan, apalagi Singapura bakal ngelarang penjualan mobil bensin baru di 2030.
“Ada anggapan, kalau saya beli mobil bensin sekarang, nanti orang-orang masih mau gak ya?” katanya.
Harga mobil EV juga makin kompetitif, bahkan bisa lebih murah dari mobil bensin. “Kalau kamu beli mobil listrik 20 persen lebih murah dari mobil bensin, tapi depresiasinya 20 persen lebih tinggi, hasilnya nol-nol aja,” jelasnya.
Pak Yoong setuju sama Pak Ikhsan, pasar mobil listrik bekas di Singapura masih di awal banget. Seiring waktu, pasar ini bakal makin stabil.
“Kebanyakan orang di Singapura itu baru pertama kali membeli mobil EV bekas,” katanya. “Tapi dua sampai tiga tahun mendatang, pas orang-orang membeli kendaraan listrik hasil penjualan kembali kedua mereka, bakal ada lebih banyak data, dan bakal ada lebih banyak kepercayaan diri.”
Gimana nih menurut kamu, bakal makin banyak yang beralih ke mobil EV atau gak ya?