Beranda » Mustika » Film Horor Dukun Lokal vs. Global: Mengapa Indonesia Kalah Saing di Pasar Dunia?

Film Horor Dukun Lokal vs. Global: Mengapa Indonesia Kalah Saing di Pasar Dunia?

mustikatimes.com  – Industri film Indonesia dikenal sangat produktif dalam menghasilkan film horor. Mulai dari layar bioskop hingga layanan streaming, genre ini memiliki pasar yang besar di dalam negeri. Tema dukun, santet, dan mistis lokal menjadi sajian utama yang begitu lekat dengan budaya Indonesia. Namun, meskipun secara lokal laris manis dan sering menjadi box office, belum banyak film atau serial Indonesia bertema horor—terutama yang menampilkan dukun—yang berhasil menembus pasar internasional secara masif. Kenapa bisa begitu?

Sementara itu, drama Korea seperti “Head Over Heels” sukses memadukan unsur dukun dan mistis dengan cerita cinta remaja, lalu berhasil diterima secara global. Lantas, apa yang membedakan? Mari kita bedah beberapa alasannya.

1. Narasi Mistis Indonesia Terlalu Khas, Sulit Diterjemahkan Secara Universal

Cerita dukun di Indonesia biasanya berakar kuat pada budaya lokal: santet, pesugihan, hingga makhluk seperti kuntilanak atau genderuwo. Meskipun menarik dan kaya nilai kultural, elemen-elemen ini sering kali sulit dipahami oleh penonton luar negeri yang tidak memiliki referensi budaya serupa.

Ini berbeda dengan drama Korea seperti “Head Over Heels”, yang membungkus unsur perdukunan dalam narasi fantasi modern, ringan, dan tetap relevan untuk penonton global. Mereka bisa mengangkat tema takdir, cinta, dan perjuangan remaja menghadapi trauma atau kutukan, yang mudah dicerna di mana pun.

Wajib Tahu! Sinopsis “Head Over Heels”, Drakor Dukun Gen Z

2. Kesan ‘Seram Demi Seram’ dan Minim Lapisan Cerita

Banyak film horor Indonesia masih mengandalkan jump scare dan tampilan visual yang menakutkan tanpa pengembangan cerita yang mendalam. Padahal, pasar global kini lebih menyukai horor psikologis atau cerita horor yang menyentuh isu sosial, seperti trauma, identitas, atau relasi manusia.

Lihat saja kesuksesan “The Medium” (Thailand x Korea) atau “Marianne” (Prancis), yang menampilkan dukun atau spiritisme, tapi dikemas dengan narasi yang kuat dan kompleksitas karakter. Mereka tidak hanya menjual rasa takut, tapi juga kedalaman cerita.

3. Kurangnya Investasi pada Produksi dan Penulisan Cerita

Film horor Indonesia sering digarap dengan bujet terbatas dan waktu produksi yang singkat. Hal ini tentu saja berpengaruh pada kualitas teknis dan penulisan naskah. Tanpa sinematografi yang rapi, world-building yang kuat, dan karakter yang berkembang, film horor akan sulit bersaing di kancah global.

Sebaliknya, drama seperti “Head Over Heels” disiapkan dengan sangat matang, ditopang oleh sutradara berpengalaman, serta mendapat sokongan dari platform global seperti Prime Video, yang turut menjamin kualitas produksinya. Investasi pada kualitas adalah kunci.

Viral! Arti Garis Merah di Kepala Drakor S-Line yang Bikin Heboh Medsos

4. Minimnya Kolaborasi Internasional

Salah satu alasan drama Korea bisa mendunia adalah karena mereka aktif berkolaborasi dengan platform internasional (Netflix, Disney+, Prime Video), sehingga distribusi dan standarnya pun ikut menyesuaikan pasar global.

Sementara itu, film horor Indonesia masih didominasi oleh distribusi lokal. Tanpa kerja sama internasional, sulit bagi film kita untuk mendapat akses luas ke penonton global, apalagi jika isinya sangat lokal dan tanpa adaptasi yang berarti.

5. Stigma Terhadap Dukun Masih Negatif

Di Indonesia sendiri, tema dukun masih sering dikaitkan dengan praktik gelap dan dianggap tabu. Ketika diangkat ke layar, hal ini jarang dibahas secara reflektif atau filosofis, melainkan hanya sebagai sumber horor semata. Berbeda dengan Korea yang mampu mengubah citra dukun menjadi karakter yang kompleks dengan nilai moral atau spiritual tertentu.

Kesimpulan

Bukan berarti film horor Indonesia bertema dukun tidak bisa go international—potensinya sangat besar. Tapi diperlukan pendekatan baru: membangun narasi yang lebih universal, memperkuat karakter dan tema, serta membuka kerja sama lintas negara untuk memastikan cerita kita bisa dipahami dan diapresiasi oleh dunia.

Kunci Jawaban Words of Wonders (WOW) Minggu 20 Juli 2025

Jika kita bisa belajar dari cara Korea mengemas cerita lokal menjadi tontonan global, bukan tidak mungkin kisah horor khas Indonesia akan jadi genre andalan yang bisa dibanggakan di panggung internasional. Sudah saatnya horor Indonesia berevolusi!

Artikel Terkait

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *