- Perbedaan Sopan Santun dan Feodalisme: Pembicara menyoroti kesulitan di Indonesia dalam membedakan antara sopan santun dan feodalisme. Ia membandingkan dengan pengalamannya mengajar di Inggris, di mana dosen tidak dipanggil dengan sebutan “Pak” atau “Prof” meskipun memiliki gelar tersebut, melainkan langsung dengan nama. Hal ini karena perbedaan usia antara mahasiswa S1 dan dosen bisa hanya 5 tahun, dan mereka berupaya mengkoneksikan setiap generasi. Sebaliknya, ada dosen muda tanpa gelar profesor yang dipanggil “Prof” karena kecerdasannya yang luar biasa.
- Adab Berdasarkan Empati: Adab yang paling mendasar didasarkan pada empati, bukan pada struktur sosial masyarakat. Kekerasan dan intimidasi dalam bentuk apapun adalah sesuatu yang buruk dan tidak beradab, seperti aksi mahasiswa yang melakukan persekusi atau merusak fasilitas umum.
- Ketidakberadaban dalam Kelas: Salah satu bentuk ketidakberadaban yang sering tidak disadari adalah ketika siswa mengobrol saat guru atau dosen sedang berbicara di depan kelas. Ini dianggap sebagai bentuk persekusi yang membuat pembicara merasa tidak dihargai.
- Keseimbangan Pendidikan di Dalam dan Luar Kelas: Pembicara menjelaskan bahwa pendidikan di dalam kelas dan di luar kelas sama-sama merupakan bagian dari pendidikan. Oleh karena itu, tidak perlu ada “keseimbangan” antara keduanya dalam konteks pendidikan, karena keduanya adalah pengalaman belajar yang sama-sama penting. Keseimbangan hanya relevan dalam konteks profesionalisme, bukan pendidikan.
- Penghargaan Berdasarkan Tradisi: Penting untuk memberikan penghargaan kepada orang lain berdasarkan tradisi yang mereka pegang. Jika seseorang ingin dipanggil dengan cara tertentu, maka sebaiknya kita menghormati keinginan tersebut.
