Beranda » Mustika » Fenomena Ber-Paylater Dulu, Pusinglater Kemudian

Fenomena Ber-Paylater Dulu, Pusinglater Kemudian

Mustikatimes.com – Fenomena Paylater di kalangan kelas menengah ke bawah, menjelaskan bahwa bagi sebagian orang, Paylater adalah kemudahan, namun bagi yang lain, ini adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup di tengah penghasilan yang stagnan, harga barang yang terus naik, dan tekanan sosial yang tinggi.

Berikut adalah poin-poin utamanya :

Paylater sebagai Alat Bertahan Hidup

    • Banyak orang menggunakan Paylater bukan untuk membeli barang mewah, melainkan untuk kebutuhan pokok seperti beras, sepatu kerja, token listrik, atau obat-obatan, karena uang tunai belum tersedia dan hidup tidak bisa menunggu.
    • Ini adalah strategi bertahan hidup yang disebut “tekanan bertahan hidup yang ditunda” atau deferred survival pressure, di mana masalah hanya digeser waktunya.
    • Keputusan menggunakan Paylater seringkali bukan karena ketidaktahuan risiko, melainkan karena tidak ada pilihan lain yang lebih aman dalam kondisi terdesak.

Tekanan Sosial dan Aspirasi

    • Di lingkungan yang penuh kesenjangan, konsumsi menjadi cara untuk mengangkat harga diri dan merasa “layak” agar tidak diremehkan.
    • Paylater membuka pintu bagi mereka yang ingin mencapai aspirasi ini, menciptakan ilusi mobilitas sosial meskipun sebenarnya mereka membayar lebih mahal.
    • Aspirasi ini terus dipompa oleh media sosial dan iklan, padahal upah mereka hanya cukup untuk bertahan, bukan untuk naik kelas.

Normalisasi Utang dan False Empowerment

Feodalisme dalam Balutan Sopan Santun di Dunia Pendidikan

    • Utang kini dikemas sebagai bentuk kekuatan dan kebebasan memilih, dengan aplikasi Paylater menyebarkan narasi “lu bebas milih, lu berdaya”.
    • Ini menciptakan false empowerment atau rasa percaya diri palsu, di mana pengguna merasa memegang kendali padahal keputusan mereka sudah dibentuk oleh desain aplikasi dan notifikasi.
    • Branding ini menyentuh harga diri, membuat pengguna merasa mandiri dan canggih secara finansial, meskipun semua itu berdiri di atas sistem utang dengan bunga tinggi dan potensi gagal bayar.

Scar City Mindset

    • Hidup dalam kekurangan membentuk scar city mindset, di mana otak fokus pada solusi jangka pendek untuk bertahan hidup hari ini, tanpa ruang untuk memikirkan masa depan.
    • Dalam kondisi ini, kapasitas untuk mengambil keputusan logis menurun, dan pilihan yang berisiko tinggi seringkali terasa paling masuk akal.
    • Aplikasi Paylater memanfaatkan mindset ini dengan memberikan notifikasi dan promo pada saat-saat orang paling terdesak.

Paylater bukan sekadar alat pembayaran, melainkan alat bertahan hidup bagi kelompok yang paling rentan. Sistem ini terus berjalan karena ketimpangan dibiarkan dan tekanan dinormalisasi, bukan karena orang bodoh, tetapi karena mereka tidak pernah diberi pilihan yang adil.

Facebook Comments Box

Artikel Terkait

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Peringkat

Terbaru