mustikatimes.com – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Rabu (28/5) mengumumkan bahwa Mohammed Sinwar, sosok yang dikenal luas sebagai Panglima Perang Hamas di Gaza, telah tewas. Klaim ini menandai titik balik penting dalam konflik Israel-Hamas, mengingat Sinwar merupakan salah satu tokoh yang paling dicari oleh Tel Aviv.
Kematiannya menyusul laporan tewasnya sang adik, Yahya Sinwar, mantan pemimpin kelompok militan tersebut, dalam baku tembak dengan pasukan Israel tahun lalu.
Pengumuman ini disampaikan secara langsung oleh Benjamin Netanyahu di hadapan parlemen Israel, di mana ia secara eksplisit memasukkan nama Mohammed Sinwar dalam daftar panjang pemimpin Hamas yang diklaim telah dilumpuhkan oleh operasi militer Israel.
Pernyataan ini muncul di tengah eskalasi ketegangan di Gaza, termasuk insiden tragis yang baru-baru ini terjadi, di mana kerumunan warga yang membanjiri pusat bantuan menyebabkan satu orang tewas dan 48 lainnya terluka, menggambarkan betapa rapuhnya situasi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Mohammed Sinwar, yang diyakini berusia awal 40-an, memainkan peran krusial dalam struktur komando militer Hamas. Ia naik ke posisi komandan de facto setelah kematian saudaranya, Yahya Sinwar, pada Oktober tahun lalu.
Yahya sendiri secara luas dianggap sebagai arsitek utama di balik serangan mengejutkan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang berkepanjangan ini. Sebelum itu, kepemimpinan umum Hamas juga telah kehilangan sosok Ismail Haniyeh, yang berbasis di Iran, yang juga dilaporkan tewas dalam operasi Israel.
Rangkaian kematian para pemimpin kunci ini menunjukkan fokus Israel dalam memenggal kepala struktur komando Hamas.
Detik-detik Operasi di Khan Younis
Menurut laporan Times of Israel, operasi yang menargetkan Mohammed Sinwar di Gaza, tepatnya di terowongan bawah tanah di Khan Younis, awal bulan ini diduga berhasil karena ia melakukan kesalahan strategis fatal. Sinwar disebut bergerak tanpa perlindungan “sabuk sandera” manusia, sebuah taktik yang sebelumnya diyakini melindunginya dari upaya pembunuhan Israel.
Selama ini, intelijen Israel telah melacak keberadaan Sinwar, namun berulang kali membatalkan potensi serangan karena kekhawatiran akan keberadaan sandera di sekitarnya.
Detail baru mengenai serangan besar-besaran terhadap Mohammed Sinwar dan pejabat tinggi Hamas lainnya di terowongan Khan Younis diungkapkan oleh Channel 12 Israel. Serangan yang terjadi pada 13 Mei tersebut diyakini menjadi momen di mana Sinwar tewas.
Sumber intelijen menyebutkan bahwa keputusan Sinwar untuk bergerak tanpa sandera menjadi celah yang dimanfaatkan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) setelah upaya pelacakan intensif selama berbulan-bulan.
kematian Mohammed Sinwar, jika terkonfirmasi secara independen, akan menjadi pukulan signifikan bagi struktur kepemimpinan militer Hamas. Sebagai panglima perang, perannya sangat sentral dalam perencanaan dan eksekusi operasi di lapangan, terutama dalam mengelola jaringan terowongan yang luas dan koordinasi pasukan militan.
Kehilangan dua bersaudara Sinwar Yahya sebagai otak strategis dan Mohammed sebagai komandan lapangan berpotensi mengganggu koordinasi dan moral pasukan Hamas di Gaza.
Bagi Israel, kematian Mohammed Sinwar akan dianggap sebagai keberhasilan besar dalam operasi militer mereka untuk melumpuhkan kapasitas Hamas. Ini juga bisa menjadi narasi penting bagi pemerintahan Netanyahu di tengah tekanan domestik dan internasional terkait penanganan perang di Gaza.
Namun, sejarah konflik menunjukkan bahwa kelompok militan seringkali memiliki struktur kepemimpinan yang dapat beradaptasi dan mengisi kekosongan dengan cepat. Oleh karena itu, meskipun ini adalah pukulan telak, dampak jangka panjang terhadap kemampuan Hamas untuk terus beroperasi masih akan terus diamati.
Verifikasi independen atas klaim kematian ini juga menjadi krusial sebelum dapat sepenuhnya dipastikan dampaknya pada dinamika konflik yang sedang berlangsung.