Berita Mancanegara
Beranda » Mustika » Donald Trump Kembali Naikkan Tarif Baja-Aluminium China Jadi 50%, Tuding Beijing Langgar Kesepakatan

Donald Trump Kembali Naikkan Tarif Baja-Aluminium China Jadi 50%, Tuding Beijing Langgar Kesepakatan

mustikatimes.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuding China telah melanggar kesepakatan bilateral terkait pelonggaran tarif, yang berujung pada keputusan AS untuk kembali menaikkan tarif impor produk baja dan aluminium asal China menjadi 50 persen, dari yang sebelumnya 25 persen. Tarif baru ini dijadwalkan berlaku efektif mulai pekan depan.

“China telah benar-benar melanggar perjanjiannya dengan kami, yang mungkin tidak mengejutkan bagi sebagian orang. Sangat berlebihan menjadi orang baik,” tulis Trump melalui platform Truth Social pada Jumat (30/5), seperti dikutip oleh Reuters.

Meski demikian, Donald Trump tidak menjelaskan secara rinci pelanggaran spesifik yang dituduhkan kepada Beijing. Saat dimintai keterangan di Oval Office, ia hanya menyatakan akan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping untuk menyelesaikan masalah ini.

Link Dan Harga Bendera Bajak Laut One Piece Berbagi Jenis

“Saya yakin saya akan bicara dengan Presiden Xi, dan mudah-mudahan kami dapat menyelesaikannya,” ujar Trump.

Seorang pejabat AS mengungkapkan bahwa dugaan pelanggaran China terkait dengan janji untuk mengeluarkan izin ekspor mineral tanah jarang. Sebelumnya, AS dan China telah mencapai kesepakatan di Jenewa, Swiss, yang mengharuskan Beijing mencabut tarif balasan yang membatasi ekspor tanah jarang. Mineral ini sangat krusial untuk produksi semikonduktor, elektronik, dan pertahanan AS.

“China tidak kunjung memenuhi janji mereka, yang sama sekali tidak dapat diterima [oleh AS] dan harus segera ditangani,” tegas Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer kepada CNBC.

Bendera One Piece Tuai Perhatian Jelang HUT RI, Ini Tanggapan Pejabat

Reuters juga melaporkan bahwa perusahaan otomotif global kini khawatir akan kekurangan pasokan tanah jarang dari China. Pasokan ini sangat vital untuk berbagai komponen kendaraan, mulai dari motor wiper mobil hingga sensor rem anti-lock. Kekurangan pasokan ini berpotensi menyebabkan penutupan pabrik dalam beberapa pekan mendatang, yang dapat berdampak luas pada industri otomotif global.

Menanggapi tudingan ini, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu, menyatakan bahwa Beijing terus berkomunikasi dengan AS terkait masalah perdagangan. Liu juga mendesak AS untuk memperbaiki sikapnya mengenai aturan ekspor.

“China sekali lagi mendesak AS untuk segera memperbaiki tindakannya yang keliru, menghentikan pembatasan diskriminatif terhadap China, dan bersama-sama menegakkan konsensus yang dicapai dalam pembicaraan tingkat tinggi di Jenewa,” kata Liu.

KA Argo Bromo Anjlok, Sejumlah Kereta Tujuan Jakarta Alami Keterlambatan dan Pembatalan

Laporan pekan ini juga menyebutkan bahwa AS telah memerintahkan sejumlah perusahaan untuk menghentikan pengiriman barang ke China tanpa izin dan mencabut beberapa izin ekspor yang ada. Produk-produk yang terdampak meliputi perangkat lunak desain, bahan kimia untuk semikonduktor, butana, etana, serta peralatan mesin dan penerbangan.

Hingga berita ini diturunkan, Gedung Putih, Kementerian Keuangan AS, dan Kantor Perwakilan Dagang AS belum memberikan komentar resmi terkait perkembangan terbaru ini. Konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini kembali memanas dan berpotensi menimbulkan ketidakpastian di pasar global.

Artikel Terkait