mustikatimes.com– Geng, ada kabar seru nih dari Silampukau! Setelah mereka ngeluarin mini album Silampukau Live at Buku Akik November 2024 lalu, mereka balik lagi dengan mini album terbaru Stambul Arkipelagia: Vol. 1. Mereka resmi merilisnya awal Mei 2025!
Albumnya Mereka Bagi Jadi Beberapa Bagian, Biar Greget!
Awalnya, mereka bikin karya ini jadi album penuh yang judulnya Stambul Arkipelagia. Namun, Silampukau mutusin buat rilisnya nyicil, jadi Stambul Arkipelagia: Vol. 1 keluar duluan.
“Emang sengaja sepertiga awal dulu yang kami rilis. Biar gregetnya dapet. Kayak nonton series. Kami nikmati pelan-pelan, bareng-bareng,” kata Kharis Junandharu, salah satu personel Silampukau.
Arkipelagia: Dunia Fiksi Distopik Penuh Misteri
Mini album ini berisi 5 lagu yang masing-masing punya cerita. Mereka ngenalin semesta fiksi distopik namanya Arkipelagia. Ini kayak negeri maritim khayalan yang ada di sekitaran tropis, banyak bahaya, dan berada di perbatasan masa lalu dan masa depan, antara nyata dan khayalan.
Di Vol. 1 ini, Silampukau nyeritain empat kisah yang saling nyambung di dunia Arkipelagia. Misalnya, ada cerita sejoli mursal yang cemas akan masa depan keturunan mereka; petani yang berjuang melawan paceklik panjang; sebuah dodoi atau ninabobo yang mereka nyanyikan di Jurang Kemiskinan; dan juga kidung legenda yang mereka lantunkan kalo ada kerabat hilang atau meninggal secara misterius.
“Di masa-masa kayak gini, harga buat bertahan di realisme kayak yang kami lakuin di album sebelumnya—jadi terlalu tinggi. Jadi, selain kami coba menjadi antitesis dari karya kami sendiri, anggap aja karya fiksi ini benteng terakhir kami buat jaga kesehatan jiwa,” tambah Kharis soal kenapa mereka milih distopia jadi tema album.
Silampukau Kini Berubah Jadi Orkes!
Karya ini juga nandain transformasi Silampukau dari duo menjadi kelompok musik penuh yang mereka sebut Orkes Silampukau. Rhesa Filbert, yang dulu sering jadi musisi tambahan, sekarang jadi anggota tetap. Selain itu, ada Prasimansyah sebagai drummer dan Ariefin “Mr. Piano Man” sebagai pemain keyboard.
“Jadi orkes sebenarnya impian lama. Lagipula, kami juga jarang banget tampil format duet. Keping-keping puzzle dari impian lama itu akhirnya saya temukan enggak sengaja nyaris kayak takdir pas garap album terbaru ini. Apa lah kuasa saya buat nolak takdir ini,” tutup Kharis.
Album ini mereka produksi di bawah naungan Moso’iki Records dan Stoopa Music, serta melibatkan nama-nama gede. Dika Chasmala menyumbang permainan biola di dua lagu, sementara Tommy Respati sebagai produser mengajak Bhagus Subadie sebagai foley artist buat garap soundscape di lagu keempat. Terakhir, Barry Junius menyelesaikan proses mastering-nya di Studio Prapen.