Beranda » Mustika » Kopi dan Bahasa Diplomasi “Aroma Kesepakatan di Meja Diskusi”

Kopi dan Bahasa Diplomasi “Aroma Kesepakatan di Meja Diskusi”

mustikatimes.com Dalam dunia diplomasi yang penuh strategi, kopi lebih dari sekadar minuman. Ia berfungsi sebagai simbol, medium, dan pelumas senyap bagi roda perundingan.

Beberapa orang merasa sangat gelisah saat harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Tapi aku lebih gelisah jika harga secangkir kopi tak lagi terjangkau. Ini berarti, suasana tongkrongan sedang tidak baik-baik saja.

Aroma kopi yang menenangkan sering hadir di balik meja-meja negosiasi yang tegang. Ia menjadi saksi bisu lahirnya berbagai kesepakatan penting. Kopi telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari seni diplomasi global.

Bagi Yusran, seorang barista yang kini meracik kopi di sebuah kedai di bilangan Tangerang Selatan, kopi punya makna lebih dalam.

“Nilai secangkir kopi tidak hanya tentang rasa dan aroma, tetapi juga makna. Ia menyimpan berbagai dimensi filosofis tak terhingga. Warna hitam pekat, rasa manis pahit, dan sedikit asam menggambarkan dinamika kehidupan,” ujarnya sambil meracik kopi.

Untung Taruno Wicaksono : Disdik Banten Bikin Kader IMM Tangerang Naik Pitam!

Aku pun merasakan hal yang sama. Aku beranggapan kopi adalah media mistis. Ia dapat membuat penikmatnya pindah alam, menembus batas-batas realitas. Karena itu, kopi tak layak bersanding dengan minuman lain.

Diskusi dan menikmati kopi. (Foto : Yusran/mustikatimes.com)

Kopi dalam Proses Negosiasi

Proses pembuatan kopi, dari biji di ladang hingga secangkir hangat di tangan, merupakan sebuah transformasi. Petani memetik biji kopi, menjemurnya, menyangrainya, lalu menggilingnya.

Setiap tahap mengubah yang mentah menjadi sesuatu yang bernilai. Ini mirip dengan proses negosiasi diplomatik: kita mengolah perbedaan, menyaring kerumitan, hingga akhirnya menyajikan sebuah “ekstrak” kesepakatan yang semua pihak terima.

Dari kaum intelektual hingga agamawan, dari seniman cinta sampai tukang becak, semuanya bersatu dalam adukan yang sama. Dan suara seruput adalah nyanyian biola, selalu menggoda para pemujanya.

Harmoni Rasa, Harmoni Kata: Kunci Kesuksesan Diplomasi

Diplomat ulung tahu bahwa keberhasilan bukan hanya tentang memenangkan perdebatan, melainkan tentang membangun jembatan.

Waduh! DPD IMM Banten Geram Sama Omongan PLH Dinas Pendidikan

Kopi, dengan variasi rasanya dari pahit pekat espresso, hingga lembutnya latte mengajarkan tentang harmoni dalam keragaman. Setiap biji kopi unik, namun ketika kita mengolahnya dengan tepat, mereka bersatu membentuk simfoni rasa.

Jika melihat lebih luas, Antara.com pernah melaporkan berita berjudul “Republik Indonesia Menggunakan Kopi sebagai Alat Diplomasi Budaya dengan Qatar.”

“Kopi menjadi media diplomasi. Kami berharap dari diplomasi kopi, kami bisa membicarakan banyak hal, karena dengan ngopi, kami bisa berdiskusi. Kopi ini adalah satu media kultur untuk membuka banyak percakapan lain,” mereka kutip dari Kantor Berita Antara.

Bahkan istilah “NGOPI” sudah menjadi bahasa diplomasi. Ini adalah kata pembuka untuk melakukan transaksi, melancarkan misi, mencari sesuap nasi, atau sekadar melepas penat sambil ketawa-ketiwi. Apapun minuman yang dipesan, judulnya tetap ngopi.

Kopi adalah pengingat bahwa sentuhan humanis dan kehangatan sederhana dapat membuka jalan menuju pengertian dan kesepakatan, baik dalam urusan tongkrongan maupun kepentingan global.

Boaz Solossa: Patah Akan Tumbuh, Yang Tumbuh Jadi Tangguh

Facebook Comments Box