Berita
Beranda » Mustika » Jejak yang Tak Pernah Hilang: Menyulam Luka, Merawat Ingatan

Jejak yang Tak Pernah Hilang: Menyulam Luka, Merawat Ingatan

Blora, MUSTIKATIMES.COM– Ada peristiwa yang bisa dilupakan, ada pula yang akan terus membekas. G30S/PKI adalah salah satunya — sebuah luka sejarah yang jejaknya tak pernah hilang.

Selasa, 30 September 2025, Aula STAI Muhammadiyah Blora menjadi ruang perjumpaan antara masa kini dan masa lalu. Seminar bertajuk “Jejak yang Tak Pernah Hilang” yang diadakan oleh IMM Komisariat Ibnu An-Naafis bukan sekadar acara akademik, melainkan sebuah perjalanan batin untuk menyingkap kembali lembaran gelap bangsa.

Hadir sebagai narasumber, Susilo Toer, adik kandung dari Pramoedya Ananta Toer, seorang penjaga ingatan yang telah lama bergelut dengan sejarah. Dengan tutur yang tenang namun menusuk, ia membawa hadirin menelusuri jejak panjang PKI di Indonesia: ideologi, kelahiran, hingga tragedi berdarah yang menggores bangsa.

Lowongan Kerja di Kamajaya Wood Working Industry

“Kalau ingin menjadi orang cerdas, minimal bacalah 10.000 buku. Kebenaran yang disembunyikan bisa ditemukan kembali melalui bacaan. Maka, jangan biarkan ketidaktahuan membutakan kita,” ucapnya. Kata-kata itu menggema, seolah menampar kesadaran: bahwa membaca bukan hanya mencari tahu, melainkan menjaga kebenaran dari pengkhianatan waktu.

Sebuah pertanyaan sederhana namun tajam hadir dari peserta: “Bagaimana cara menerapkan sejarah yang belum terungkap?”. Pertanyaan itu menggantung di udara, mengingatkan kita bahwa sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan kompas yang menentukan arah bangsa ke depan.

Naufal Ibrahim, Ketua Bidang Hikmah PK IMM Ibnu An-Naafis, menegaskan kembali makna kegiatan ini:

Makan Beracun Gratis atau Makan Bergizi Gratis ?

“Tragedi ini adalah pengingat. Kita tidak boleh melupakan sejarah. Jas Merah!”

Dan di tengah perenungan itu, nama Pramoedya Ananta Toer kembali disebut. Lewat karya-karyanya Bumi Manusia, Rumah Kaca, dan lainnya — ia telah menyalakan lentera sejarah, agar bangsa ini tidak terjerumus dalam gelap yang sama.

Acara berakhir, tetapi wajah-wajah mahasiswa yang hadir menyiratkan satu hal: kesadaran baru. Bahwa sejarah bukan sekadar kisah usang di buku teks, melainkan darah dan air mata yang pernah tumpah di bumi pertiwi.

Masjid Al-Falaah Pondok Sawah Indah Gelar Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H/2025 M

Jejak itu memang tak akan pernah hilang. Tugas kita adalah merawatnya agar generasi mendatang tidak berjalan tanpa cahaya ingatan.

MUHAMMAD HAYDAR AMMAR

Artikel Terkait