Ekonomi & Bisnis Wawasan & Edukasi
Beranda » Mustika » Rupiah Melemah: Simpan Aset di Mana Agar Tidak Rugi?

Rupiah Melemah: Simpan Aset di Mana Agar Tidak Rugi?

mustikatimes.com – Masyarakat Indonesia sering kali menyimpan kekayaan mereka dalam mata uang Rupiah, padahal Rupiah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terlemah di Asia. Dalam 10 tahun terakhir, Rupiah telah mengalami penurunan nilai tukar yang signifikan terhadap Dolar AS, dari sekitar Rp10.000 menjadi hampir Rp17.000, yang berarti daya belinya melemah hingga sepertiga.

Rupiah Paling Parah di ASEAN

Jika dibandingkan dengan mata uang negara tetangga, pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS adalah yang paling parah. Sementara mayoritas mata uang di Asia Tenggara memang melemah, beberapa justru berhasil menguat, seperti Baht Thailand, Dolar Singapura, dan Dolar Brunei. Bahkan terhadap Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Rupiah terus mengalami pelemahan.

Secara rata-rata, setiap tahun Rupiah kehilangan daya beli sekitar 3% terhadap Dolar AS. Jika ditambahkan dengan inflasi domestik yang rata-rata 3% per tahun, nilai riil Rupiah terhadap barang impor bisa turun hingga 6% setiap tahun. Ini berarti uang Rp100 juta yang disimpan pada tahun 2015 kini hanya setara dengan Rp48 juta untuk membeli barang impor.

Lowongan Dosen Tetap STAI Muhammadiyah Blora: S2 Akuntansi & Akuntansi Syariah

Tiga Alasan Utama Rupiah Melemah

Lemahnya Rupiah mencerminkan rendahnya daya tawar Indonesia di mata perekonomian global. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan hal ini:

  1. Investasi Asing yang Lesu: Meskipun banyak perusahaan global tertarik berinvestasi di Indonesia, banyak yang akhirnya mundur karena berbagai masalah, seperti birokrasi, regulasi yang tidak jelas, dan masalah lahan. Contoh terbaru adalah BYD, perusahaan otomotif raksasa dari Tiongkok, yang sempat berencana membangun pabrik di Jawa Barat tetapi akhirnya memilih Malaysia.
  2. Ekspor yang Masih Pakai Dolar: Sebanyak 90,9% transaksi ekspor Indonesia masih menggunakan Dolar AS, sedangkan yang menggunakan Rupiah hanya 1,7%. Ini menunjukkan bahwa dalam perdagangan internasional, Rupiah hampir tidak memiliki peran.
  3. Pariwisata yang Mandek: Sektor pariwisata Indonesia, yang sebagian besar hanya mengandalkan Bali, kalah jauh dari negara tetangga seperti Thailand. Pendapatan pariwisata Thailand bahkan tiga kali lipat lebih besar dari Indonesia, karena mereka berhasil mengembangkan destinasi lain selain Bangkok.

Solusi untuk Menjaga Nilai Aset

Dengan kondisi ini, menyimpan seluruh aset dalam bentuk Rupiah sangat berisiko, terutama untuk jangka panjang. Sebagai masyarakat, kita perlu mencari cara untuk menjaga nilai kekayaan dari pelemahan Rupiah dan inflasi. Salah satu solusi realistis adalah menyimpan sebagian aset dalam mata uang yang lebih stabil, seperti Dolar AS.

Ada beberapa cara untuk menyimpan aset dalam bentuk Dolar AS:

Soal PHK, Shell Sebut Lakukan Penyesuaian Kegiatan Operasional Di SPBU

  • Cara Tradisional: Membeli uang tunai di money changer atau bank. Namun, cara ini memiliki kelemahan, seperti spread course yang tinggi, transaksi terbatas di jam kerja, dan risiko keamanan.
  • Cara Modern: Menggunakan mata uang digital yang nilainya dipatok 1:1 dengan Dolar AS, yang dikenal sebagai Stablecoin, seperti USDT. Stablecoin bisa disimpan di exchange kripto, memiliki spread yang kecil, dapat diakses 24 jam, dan memiliki likuiditas tinggi.

Selain menjaga nilai aset, menyimpan stablecoin juga bisa memberikan pendapatan pasif melalui fitur earn atau bunga, mirip dengan deposito. Beberapa exchange global menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan deposito bank. Namun, perlu diingat, exchange luar negeri tidak diawasi oleh regulator Indonesia, sehingga penting untuk memilih platform yang terpercaya.

Pada akhirnya, menjaga nilai kekayaan bukanlah sekadar menabung, tetapi memastikan hasil kerja keras tidak hilang perlahan karena inflasi dan pelemahan nilai mata uang. Diversifikasi aset, termasuk dengan menyimpan sebagian dalam Dolar AS, bisa menjadi strategi cerdas untuk masa depan finansial yang lebih stabil.

Mengatasi Banjir Informasi di Era ‘Dopamin Nation’: Scrolling High End

Artikel Terkait