Mustikatimes.com – Puisi karya F. Efendi Fajar W.
Empat lima kami berdiri, darah menulis sejarah,
Bambu runcing menembus senyap penjajah,
Merdeka !!! Seru kami dengan dada megah,
Tak tahu derita akan menjelma semakin parah,
Lima puluhan, negeri masih luka dan lapar,
Tapi harapan menyala di dada yang tegar,
Enam puluh hingga tujuhpuluh datang badai,
Pemberontakan, kelaparan, dan demo sampai menghitamkan langit,
Reformasi mengguncang ’98 yang muram,
Mahasiswa bangkit membawa harap yang dalam,
Kami kira perubahan akan hadir dalam diam,
Ternyata yang berganti hanya wajah dalam iklim malam,
Dua ribu datang dengan demokrasi digital,
Pemilu, debat, janji manis bersambut global,
Tetapi uang mnejadi Tuhan di gedung – gedung megah.
Dan rakyat miskin tetap menjadi beban sosial,
Delapan puluh tahun berlalu, sejak darah membekas,
Di tanah air yang subur, sejarah kelam tertera
Korban berjatuhan tanpa nisan, tanpa nama,
Keadilan tersembunyi, di balik tirai kekuasaan,
Para koruptir berdasi, merampok kekayaan,
Negeri ini dijualmurah, tanpa kasihan,
Pendidikan diabaikan, kesehatan terbengkalai,
Rakyat hidup susah, di tengah kemewahan,
Tragedi lama, luka menganga,
Keadilan layu, di tanah tercinta,
Para pemimpin bisu, mata tertutup,
Rakyat merana, harapan terputus,
Di usia senja, jiwa merintih,
Melihat negeri, semakin perih
Akankah fajar tiba, membawa perubahan?
Atau tragedi ini, terus berlanjutan ?
Blora, 17 Agustus 2025