Jakarta, mustikatimes.com- Program unggulan Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG), sudah berjalan enam bulan. Hingga Juli 2025, program ini telah menjangkau 7 juta penerima manfaat. Angka ini naik menjadi sekitar 8 juta orang pada awal Agustus 2025.
Pakar kesehatan Tjandra Yoga Aditama menilai evaluasi program ini penting. Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini mendorong pemerintah melakukan studi kohort (penelitian observasional) jangka panjang.
Studi ini bertujuan melihat dampak MBG terhadap gizi, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi para penerima. “Studi kohort ini harus berjalan beberapa tahun untuk menghindari bias,” ujar Tjandra.
“Kita harus mengumpulkan data dari waktu ke waktu dengan cermat dan sesuai kaidah ilmiah,” tambahnya.
Tjandra juga menekankan bahwa evaluasi ini harus mencakup “School Nutrition Package Framework” dari Program Pangan Dunia (World Food Program).
Kerangka ini memiliki lima kegiatan utama: makanan bergizi, literasi gizi, suplementasi, aktivitas fisik, dan lingkungan makanan sekolah yang baik.
Ada dua aspek kesehatan penting dalam MBG: jaminan mutu gizi dan keamanan pangan. Jaminan mutu gizi harus berpedoman pada konsep “Isi Piringku”, sedangkan keamanan pangan harus diterapkan mulai dari bahan mentah hingga makanan tersaji di depan anak-anak.