mustikatimes.com – Nilai tukar Rupiah kembali menunjukkan pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis pagi ini, setelah Federal Open Market Committee (FOMC) dari bank sentral AS, The Fed, merilis keputusan kebijakan terbarunya.
Pelemahan ini mencerminkan respons pasar terhadap sinyal-sinyal yang diberikan The Fed terkait arah suku bunga dan kondisi ekonomi global.
Pada pembukaan perdagangan Kamis (31/7), Rupiah tercatat melemah ke Rp16.428 per dolar AS, melanjutkan tren depresiasi yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir. Pelemahan ini didorong oleh sentimen “hawkish” dari keputusan The Fed yang baru saja keluar, di mana Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25-4,50% untuk pertemuan kelima berturut-turut.
Meskipun pasar sudah mengantisipasi The Fed akan menahan suku bunga, pernyataan yang menyertainya menjadi fokus utama. The Fed menyatakan bahwa meskipun kondisi pasar tenaga kerja masih solid dan tingkat pengangguran tetap rendah, inflasi masih relatif tinggi dan ketidakpastian terhadap prospek ekonomi masih berlanjut. Ini mengindikasikan bahwa The Fed masih akan berhati-hati dalam melakukan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Analisis pasar menunjukkan bahwa Rupiah berpeluang terdepresiasi lebih lanjut, bahkan menuju rentang Rp16.400-Rp16.500 per dolar AS, jika indeks dolar AS (DXY) terus menguat. Penguatan dolar AS terjadi karena investor global mencari aset yang lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang ketat dari The Fed.
Selain keputusan The Fed, pasar juga mencermati perkembangan negosiasi perdagangan antara AS dengan Tiongkok dan mitra dagang lainnya. Meskipun ada beberapa kemajuan yang terlihat, sentimen tetap rapuh karena ketidakpastian seputar tenggat waktu dan potensi kenaikan tarif baru dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global dan margin keuntungan perusahaan.
Bank Indonesia (BI) akan terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah tekanan eksternal ini, didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang relatif kuat. Namun, dinamika eksternal, terutama kebijakan The Fed dan perkembangan geopolitik, akan tetap menjadi penentu utama arah pergerakan Rupiah ke depan.