Mustikatimws.com- Pandeglang, dengan keindahan Pemandian Air Panas Gunung Torong, Pantai Tanjung, Pantai Carita, dan Pantai Karang Bolong, seringkali terlintas di benak banyak orang saat membicarakan kabupaten di ujung barat Provinsi Banten.
Namun, ada kabar tak sedap yang muncul dari sudut lain. Tangerang Selatan dan Pandeglang kini resmi menjalin kerja sama untuk mengelola sampah. Targetnya tidak main-main, yaitu mengangkut 500 ton sampah per hari yang berasal dari Tangsel.
Respon Warga: Kritik Keras Soal Kebijakan Sampah
Kebijakan ini langsung menuai respon keras dari warga. Melalui laman Instagram @arunikarsa_ yang dimiliki Riva F. Firdaus, ia mengungkapkan kekecewaannya:

Ungaahan instagram: @arunikarsa_ (Riva)
“Kebijakan menerima sampah dari Tangsel ke Pandeglang bukan solusi untuk peningkatan PAD, tapi bentuk kegagalan dalam tata kelola lingkungan dan fiskal,” tulis Riva dalam postingan Instagramnya.
Ia melanjutkan, jika suatu daerah gagal mengelola sampahnya sendiri dengan retribusi di bawah 40%, armada terbatas, layanan pengangkutan yang belum menjangkau seluruh kecamatan, dan TPA yang tidak memenuhi standar sanitary landfill maka seharusnya bukan sampah dari luar yang diterima. Sebaliknya, kritik dan evaluasi total terhadap sistem yang ada justru lebih penting.
Menerima kiriman sampah dari Tangsel demi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini dianggap sebagai bentuk “ekonomi ekstraktif lingkungan.”
Sebelumnya, pada 9 Juni 2025, aktivitas truk pengangkut sampah sudah terlihat di TPA Bangkonol, Tegalongk, Kecamatan Keroncong, Kabupaten Pandeglang.
Riva menyayangkan hal ini, karena menurutnya, daerah menjual daya dukung lingkungannya untuk pendapatan jangka pendek, dengan mengorbankan hak-hak dasar warga atas udara bersih, tanah sehat, dan ruang hidup yang layak.
Bagaimana pendapat Anda tentang kerja sama pengelolaan sampah ini, apakah Pandeglang benar-benar bergeser dari kabupaten wisata menjadi kabupaten limbah?