Beranda » Mustika » Gani.AI: AI Hukum Revolusioner Karya Anak Bangsa Untuk Dunia

Gani.AI: AI Hukum Revolusioner Karya Anak Bangsa Untuk Dunia

JAKARTA, MUSTIKATIMES.COM– Teknologi kecerdasan buatan (AI) sekarang sudah merambah banyak bidang, termasuk yang selama ini kita anggap rumit kayak hukum. Nah, di tengah perkembangan pesat ini, ada pemain baru yang patut kita lirik di dunia AI hukum: Gani.AI.

Gani AI

Kenalan Sama Gani.AI: AI Hukum yang Paham Konteks Asia!

Gani.AI hadir sebagai platform AI hukum dan kepatuhan. Tim pengembangnya secara khusus merancang platform ini untuk mengatasi kerumitan sistem hukum di kawasan Asia-Pasifik.

Wilayah ini memang terkenal dengan beragam bahasa, yurisdiksi, dan sistem hukum, yang sering kali menyulitkan masyarakat maupun para profesional dalam mengakses dan memahami informasi hukum.

Platform keren ini berawal dari ide dua tokoh berpengalaman: Bintang Hidayanto, seorang praktisi hukum dengan rekam jejak mentereng sebagai Managing Partner GHP Law Firm dan mantan Deputi Staf Khusus Presiden Joko Widodo; dan Timur Nugroho, seorang pebisnis dan ahli teknologi yang pernah berkarier di perusahaan-perusahaan besar seperti LinkAja, Ajaib, hingga National Australia Bank.

E-Prix 2025: Diskon 50% Tiket, Cek PLN Mobile!

Ketika AI Dipakai untuk Mengurai Kompleksnya Hukum

Dengan memadukan keahlian hukum, teknologi AI, dan pemahaman mendalam tentang pasar regional, Gani.AI punya visi besar: mendemonstrasikan akses informasi hukum dan perpajakan, serta memberdayakan para profesional hukum lewat teknologi canggih.

Solusi Inovatif Buatan Indonesia, Bikin Kita Bangga!

Yang bikin Gani.AI ini makin spesial adalah fakta bahwa seluruh tim yang terlibat, mulai dari pengembang, data scientist, hingga desainer, semuanya anak-anak Indonesia!

Ini benar-benar hasil karya anak bangsa yang patut kita acungi jempol dan bisa bersaing di panggung global.

Gani.AI menawarkan solusi inovatif untuk mengisi celah pasar senilai lebih dari 50 miliar dolar AS. Beberapa teknologi unggulannya antara lain:

Perayaan Haflah Akhirus Sanah TPA Masjid Al-Falaah

  • Multilingual AI Reasoning: AI ini bisa memproses informasi langsung dalam bahasa lokal dan memahami konteks sistem hukum di tempat tersebut. Keren, kan?
  • Localized Legal & Compliance Intelligence: Mereka merancang fitur ini khusus untuk setiap yurisdiksi regional dengan pemahaman mendalam tentang konteks lintas-negara.

“Gani.AI bukan pengganti pengacara, ya,” tegas Bintang Hidayanto pada Rabu (18/6/2025).

“Dia itu kayak pintu awal bagi siapa saja yang ingin memahami masalah hukum dan pajak tanpa harus takut duluan.” Bintang juga menambahkan, Gani.AI bisa memberikan pengetahuan awal dan bahkan menghubungkan pengguna ke profesional hukum jika dibutuhkan bantuan lebih lanjut.

Langsung Melejit, Curi Perhatian Dunia!

Baru saja diluncurkan pada Maret 2025 dan langsung diperkenalkan di acara-acara internasional bergengsi seperti SushiTech Tokyo dan SuperAI Singapore, Gani.AI dengan cepat menarik perhatian.

Luar biasa, hanya dalam waktu 14 minggu, platform ini telah menjangkau lebih dari 1.000 pengguna dari berbagai negara!

Perjalanan Gani.AI berawal dari kegelisahan Bintang. Ia sering melihat banyak orang terjerat masalah hukum sederhana hanya karena kurangnya informasi.

BSU Rp600 Ribu Mulai Cair Juni–Juli 2025, Cek Syarat Dan Cara Pencairannya

Dari persoalan pajak pribadi hingga kontrak kerja, banyak orang salah langkah bukan karena niat jahat, melainkan karena minimnya pemahaman. Bersama Timur, mereka pun merancang Gani.AI, sebuah platform AI yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memahami kompleksitas sistem hukum di Asia.

AI Sebagai Kolaborator untuk Akses Hukum yang Lebih Baik

Gani.AI diproyeksikan menjadi alat yang bisa memberikan jawaban awal dalam bahasa yang mudah dimengerti.

Kita bisa menanyakan apakah seseorang di pedesaan perlu membayar pajak warisan, atau seorang karyawan muda yang bingung soal kontrak kerja.

Jika perlu bantuan lebih lanjut, platform ini akan menghubungkan pengguna dengan profesional hukum terdekat, mirip seperti model marketplace hukum.

Meski begitu, ada tantangan besar: membangun kepercayaan. Banyak pengacara melihat AI sebagai ancaman, sementara banyak pengguna mengira AI bisa memberikan jawaban sempurna.

“Padahal,” jelas Bintang, “AI itu bukan Tuhan. Dia tidak sempurna. Tapi kalau kita gunakan dengan benar, dia bisa jadi alat yang sangat berguna.”

Selain membantu masyarakat, Gani.AI juga diproyeksikan sebagai rekan kerja bagi para pengacara, konsultan, dan profesional pajak.

Dengan fitur-fitur seperti riset hukum otomatis, peringkasan dokumen, dan draf awal kontrak, para praktisi hukum bisa bekerja lebih cepat dan efisien. Harapannya, mereka bisa melayani lebih banyak orang dan berkontribusi lebih besar kepada masyarakat.

Tantangan Besar, Peluang Jauh Lebih Luas!

Tentu saja, membangun teknologi seperti Gani.AI di kawasan yang penuh tantangan bukan perkara mudah. Tim harus mengumpulkan data hukum dari berbagai negara, melatih mesin untuk memahami bahasa hukum dalam berbagai bahasa, dan menjaga akurasi jawaban AI.

“Data untuk training itu agak sulit. Karena kita gak cuma Indonesia, kita cover banyak negara,” kata Bintang.

Namun, justru di situlah letak kekuatan Gani.AI. Di tengah keragaman yang seringkali menjadi hambatan, mereka melihat peluang. Kawasan ini memiliki miliaran penduduk, banyak di antaranya belum pernah berinteraksi dengan sistem hukum secara layak. Di sinilah Gani.AI ingin hadir.

“Yang lebih susah itu sebenarnya meyakinkan pengguna, meyakinkan teman-teman sejawat untuk percaya sama teknologi ini, dan melihat teknologi ini sebagai tools bukan sebagai saingan. Sekarang masih banyak mindset bahwa AI akan menggantikan profesional,” kata Bintang.

Laporan Komdigi (2024) menunjukkan potensi besar ekonomi digital Indonesia, yang diproyeksikan meningkat dari 90 miliar dolar AS pada 2024 menjadi 135 miliar dolar AS pada 2027.

Data juga menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga pengguna AI terbanyak di dunia, dengan 1,4 miliar kunjungan ke platform berbasis AI ini.

“Pemanfaatan AI di Indonesia ada dalam dua spektrum itu. Di satu ujungnya ada sekelompok pengguna yang memanfaatkan AI sebagai kolaborator.

Di spektrum ini, AI menghasilkan kreativitas-kreativitas baru. Batas-batas ketakmampuan tenaga kerja manusia ditembus oleh kecerdasan AI. Produk baru tercipta,” kata Dr. Firman Kurniawan S., pendiri LITEROS.org.

Gani.AI jelas berada di spektrum kolaborasi ini, menawarkan harapan baru bagi akses informasi hukum yang lebih demokratis dan efisien, baik bagi masyarakat umum maupun para profesional hukum.

Facebook Comments Box

Artikel Terkait

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Peringkat

Suzuki : La Ode Zo Tumada

Terbaru